MOROTAI-PM.com, Kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda) Morotai untuk mengantisipasi penyebaran viros corona dengan cara mengisolasi para penumpang di hotel, baik penumpang menggunakan fasilitas udara dan laut (jalur Ternate-Tobelo), dikritisi oleh akademisi Universitas Pasifik (Unipas) Morotai, Anggriyawan Djafar.
Anggriyawan menilai kebijakan yang diambil Pemda Morotai dalam upaya mengantisipasi penyebaran virus covid-19 sesuai arahan pemerintah pusat dinilai keliru, tidak tepat dan terkesan menghamburkan uang ditengah situasi ekonomi yang semakin sulit.
Salah satu contoh yang dapat dilihat yakni kebijakan pemda dengan melakukan karantina atau isolasi terhadap pendatang dengan menggunakan fasilitas beberapa hotel di Pulau Morotai, cenderung pemborosan anggaran. Sebab, mereka yang datang belum tentu merupakan warga Morotai yang tinggal diluar daerah kemudian pulang ke kampung halaman, sehingga perlu diisolasi sebelum dikembalikan ke kampung halaman masing-masing.”Ada dugaan sebagian dari mereka adalah pendatang yang punya keperluan bisnis untuk sehari atau dua hari di Morotai, kemudian dikarantina sampai 14 hari. Kemudian pemda harus memberikan fasilitas hotel dan biaya makan yang itu sudah tentu langkah yang tidak tepat,”tegas lelaki yang biasa dipanggil Anggi, ini Kamis (26/3/2020).
Akan lebih tepatnya kata dia, jika Pemda Morotai membatasi akses keluar masuk orang dari dan menuju Morotai, dengan memperketat arus keluar masuk barang yang merupakan kebutuhan masyarakat dalam hal ini kebutuhan pangan, sehingga sebagian besar anggaran pemda bisa dialihkan untuk kebutuhan masyarakat yang lebih urgen dalam menghadapi penyebaran virus covid-19.”Misalnya dengan memberikan insentif melalui bantuan sehingga masyarakat tidak perlu lagi keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam beberapa hari ke depan sesuai arahan pemerintah pusat yakni mengurangi aktivitas diluar rumah (social distancing),”sarannya.
Pemda Morotai harusnya mengambil contoh dari pemerintah Tiongkok, bagaimana mereka mampu mengatasi penyebaran covid-19 di negerinya sendiri yang notabenya sumber dari virus tersebut. Pemerintah Tiongkok me-lockdown Kota Wuhan untuk mengantisipasi penyebaran virus dari sumbernya.”Kita tidak menuntut pemda harus melakukan hal yang sama, karena ketika kebijakkan lockdown diberlakukan maka konsekuensi adalah semua aktivitas ditutup. Akan tetapi yang kita sarankan kepada pemerintah daerah adalah membatasi aktivitas masyarakat tidak secara keseluruhan melainkan hanya sebagian. “Saya teringat ketika wakil Bupati Morotai Asrun Padoma yang baru pulang dari kunjugannya ke negeri tirai bambu (Tiongkok) dalam satu kesempatan beliau menyampaikan bahwa kita harus mencontoh China kalo ingin maju. Pertanyaan muncul di benak saya, kenapa pemda tidak mengambil contoh dari China terkait penanganan wabah virus covid 19. Banyak riset sudah dilakukan terkait virus Covid- 19 di berbagai negara tentang kapan wabah ini akan berakhir, tetapi masih juga sulit untuk diketahui kepastiannya karena berbagi faktor yang sulit diprediksi. Oleh karena itu kebijakan mengkarantina atau isolasi seperti yang diambil pemda sesungguhnya kurang tepat dan hanya menguntungkan pihak tertentu ditengah ketidakpastian.
Ia kembali memberikan solusi soal model isolasi dan karantina, yakni jika pasien itu dirasa perlu penanganan lebih serius karena kondisi tubuhnya yang sudah lemah sekali sehingga perlu penanganan secara medis. Dengan begitu karantina itu dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk pemerintah. Selain itu jika kondisinya stabil maka karantina dilakukan di rumah dengan mengisolasi diri sendiri dan dilarang melakukan kontak fisik dengann anggota keluarga.
Menanggapi itu Kadis Perhubungan Ahdad Hi Hasan mengaku, pihaknya telah menekan jumlah orang masuk ke Morotai dengan mengurangi rute dan jadwal perjalanan, kapal baik melalui jalur Ternate maupun Tobelo.”Untuk lockdown belum, yang sudah kita lakukan saat ini adalah locksteril dari sisi lokasi perhubungan. Ada beberapa kebijakan yang diambil. Pertama, untuk mengurangi jumlah maming kapal Feri yang tadinya setiap hari, sekarang tinggal 2 kali dalam seminggu yaitu hanya di hari Rabu dan Sabtu dengan jam yang sama. Berikutnya, kapal laut Ratu Maria dan Geovani masing-masing diberikan jadwal satu kali dalam seminggu. Untuk speed boad itu hanya dibolehkan masuk ke Morotai 5 speed setiap hari itu,”jelas Ahdad kemarin.
Semua kapal bakal dikonsentrasikan satu titik yakni di Pelabuhan Imam Lastori Daruba, sementara pelabuhan lainnya ditutup.”Semua kapal yang masuk di Morotai yang berada di luar pelabuhan Daruba itu ditutup. Pelabuhan posi-posi, pelabuhan Leo-leo dan pelabuhan Sopi itu ditutup. (ota/red)
Tinggalkan Balasan