poskomalut, Bank Indonesia (BI) perwakilan Maluku Utara mencatat pada triwulan III 2025 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,04 persen (year on year/yoy).
Sementara Maluku Utara tumbuh sangat tinggi, mencapai 39,10 persen (yoy), menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, Dwi Putra Indrawan menyatakan, pertumbuhan ini terutama ditopang oleh kinerja industri pengolahan melalui hilirisasi nikel.
Menurut Dwi, kinerja ekonomi Maluku Utara sepanjang 2025 menunjukkan capaian yang sangat impresif di tengah tantangan global yang masih penuh ketidakpastian.
Dwi bahkan menjelaskan, hal ini juga sejalan dengan perekonomian dunia pada 2026–2027 masih dibayangi perlambatan akibat kebijakan proteksionisme Amerika Serikat, perang dagang, perlambatan ekonomi AS dan Tiongkok, tingginya risiko sistem keuangan global, hingga maraknya aset kripto yang belum sepenuhnya terawasi.
“Namun di tengah dinamika global tersebut, Alhamdulillah perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif, termasuk Maluku Utara yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi secara nasional,” kata Dwi usai pertemuan tahuan di Bela Hotel, Ternate, Selasa (2/12/2025).
Selain itu Dwi menyatakan, Maluku Utara kini telah mampu memproduksi produk olahan nikel berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri global, khususnya industri besi baja dan baterai kendaraan listrik (EV).
Bahkan sekitar 95 persen ekspor daerah berasal dari produk turunan nikel yang diekspor ke Tiongkok, dengan pusat pertumbuhan utama di Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan.
Meski demikian, ia menekankan pentingnya sinergi antara pelaku usaha dan pemerintah daerah dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) lokal.
Sejak diberlakukannya kebijakan hilirisasi, terjadi pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan pertambangan. Namun, keterbatasan akses pendidikan vokasi masih menjadi tantangan.
“Ke depan, kolaborasi sekolah vokasi dengan balai pelatihan bersertifikasi harus diperkuat agar tenaga kerja lokal mampu bersaing,” tegasnya.
Selain pertambangan, Bank Indonesia juga pada 2026 akan mendorong penguatan sektor non-tambang seperti perikanan, pertanian, dan pariwisata agar pembangunan lebih seimbang dan berkelanjutan.
Sejumlah program seperti revitalisasi Tanjung Rappa Pelangi, pengembangan Desa Wisata Akebay, serta pembenahan Pantai Kastela terus dilakukan.
Menurut BI, peluang pertumbuhan di luar sektor tambang masih sangat besar, khususnya pada perikanan, pertanian, dan pariwisata. Dengan komposisi wilayah yang didominasi perairan, Malut memiliki potensi ekspor perikanan bernilai tinggi.
Sementara itu, sektor pertanian juga dinilai prospektif dengan basis komoditas unggulan seperti kelapa, pala, dan cengkeh.
Industri wisata pun menjadi fokus pengembangan karena Maluku Utara memiliki destinasi alam dan budaya yang dinilai mampu bersaing secara nasional.
Untuk memperkuat sektor non-pertambangan, BI telah melakukan sejumlah program strategis, diantaranya: Revitalisasi destinasi Tanjung Rappa Pelangi, Pengembangan desa wisata Akebay,Peremajaan fasilitas wisata Pantai Kastela,Capacity building dan studi banding untuk Dinas Pariwisata se-Malut
Dalam bidang pertanian dan perikanan, BI juga mendorong: Pengembangan klaster binaan, Pemberdayaan badan usaha pesantren, Forum ekonomi untuk meningkatkan akses pembiayaan, Percepatan penyaluran kredit ke sektor prioritas
Dwi membeberkan, konsumsi masyarakat tetap terjaga seiring penyaluran bantuan sosial serta perluasan program Makan Bergizi Gratis di sejumlah sekolah.
Dengan kondisi eksternal dan domestik yang terus menunjukkan tren positif, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada akhir 2025 berada pada kisaran: 26,80 persen hingga 30,80 persen.
“Kami juga optimisme bahwa kinerja ekonomi Maluku Utara ke depan akan semakin kuat jika sinergi antar pemangku kepentingan terus berjalan di Maluku Utara,” jelasnya.
Wakil gubernur Maluku Utara, Sarbin Sehe menambahkan, pemerintah provinsi sambut baik atas capaian tersebut.
Ke depan kata Wagub, Pemprov Malut berharap akan ada terus kolaborasi kerjasama guna program selanjutnya.
“Selain itu untuk program yang belum terlaksana pastinya kedepan bisa menjadi bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan lagi,” katanya.
Apalagi Bank Indonesia lanjut Sarbin, sangat menjaga stabilitas keuangan dan mampu membantu pertumbuhan ekonomi, inflamasi daerah dan pembinaan pelaku lainya.
“Tentu lewat forum ini sangat baik apalagi saat ini pertumbuhan ekonomi dominasi sektor tambah. Nah ini kedepan kita akan fokus ke hilirisasi pertanian dengan membangun sejumlah infrastruktur yang ada,” tukasnya.

Tinggalkan Balasan