TERNATE-PM.com, Ekonomi Maluku Utara (Malut) tahun 2019 turun drastis, bila dibandingkan dengan dua tahun lalu (2017 dan 2018).

Badan Pusat Statistik (BPS) Malut mencatat, pertumbahan ekonomi Maluku Utara mengalami penurunan dari sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tahun 2017, PDRB Malut diangka 7,67 persen, dan PDRB Malut di tahun 2018 naik menjadi 7,92 persen. Sementara, di tahun 2019 justru turun drastis menjadi 6,13 persen.

Penurunan Ekonomi Malut 2019 ini didominasi perdagangan besar eceran. Reparasi mobil dan sepeda motor,  memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,40 persen. Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 1,16 persen. Petani, kehutanan dan perikanan sebesar 0,86 persen dan pertambangan penggalian sebesar 0,64 persen.

“Perekonomian Maluku Utara tahun 2019 berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 39. 716,0 miliar dan atas dasar harga konstan mencapai Rp 26 586,0 miliiar,” ungkap Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Achmad Sobari ketika menyampaikan rilis resminya di Ruaang Vicon kantor BPS,  Rabu (5/02/2020).

Lanjud Achmad, dari sisi produksi, pertumbuhan, didorong oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha kontruksi sebesar 9,21 persen. Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pembentukan modal tetap bruto yang tumbuh sebesar 67,06 persen. 

Sementara, Ekonomi Malut triwulan lV-2019, bila dibandingkan triwulan lV-2018 (y-on-y) tumbuh 5,38 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha pengadaan listrik dan gas yang tumbuh sebesar 13,26 persen.

“Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar 48,88 persen,” tuturnya. 

Ekonomi Maluku Utara triwulan |V-2019 dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q) tumbuh 3,25 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha industri pengolahan sebesar 28,77 persen. Sementara dari sisi pengeluaran dicapai oleh komponen ekspor luar negeri yang meningkat sebesar 53,70 persen.

Sementara, pengamat ekonomi Unkhair Mukhtar Adam menyampaikan, pelambatan pertumbuhan ekonomi 2019 dipengaruhi oleh pelemahan ekspor tambang, sebagai dampak dari pembatasan ekspor feronikel yang diberlakukan pada januari 2020.

Pertumbuhan ekonomi Malut yang sangat bergantung pada sektor pertambangan, efeknya jika sektor pertambangan terjadi pelemahan berakibat pada pelambatan pertumbuhan ekonomi. Lanjut Mukhtar,  Ketergantungan ekonomi Malut pada sektor tambang, mengindikasikan bahwa Gubernur dan Bupati walikota salah urus daerah ini sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi pun tidak berimplikasi pada rakyat Malut.

Ekonomi Malut 2019 yang tumbuh 6,13  ini menurut Mukhtar yang menikmati justru migrasi dari luar, sedangkan rakyat Malut di pedesaan mengalami tekanan atas kemiskinan dan pengangguran yang terus menebal.

Ia mengatakan, Pemda yang tidak cukup memahami kondisi makro ekonomi sehingga salah urusnya daerah. “Ini akan sangat mengalami jebakan dari tekanan ekonomi yang hanya bergantung pada sektor yang tidak berimplikasi pada rakyatnya,” pungkasnya. (cha/red)