Warga Harus Beli Air Bersih ke PDAM Halbar

JAILOLO-PM.com, Menyedihkan, nasib dialami masyarakat Desa Payo, Payo Tengah, Bobo, dan Bobo Jiko. Dikatakan sedih, karena belakangan diketahui bertahun-tahun masyarakat desa tersebut kesulitan memperoleh air bersih.

Menurut Sudiyanto Mony, salah satu warga Pabos saat ditemui bersama warga lainnya di Desa Payo, Senin(27/1/2020) mengatakan, air bersih masih menjadi kendala yang belum terselesaikan dan dinikmati oleh masyarakat Desa Pabos sejak dahulu.

Sudiyanto menceritrakan, masyarakat Pabos menggunkan air hujan sebagai alternatif untuk kebutuhan minum, sedangkan untuk kebutuhan mencuci, dan mandi, menggunakan sumur. Padahal, air sumur sekalipun rasa asin dan hanya sumur tertentu yang rasa selobar.

“Kami masyarakat Pabos sudah menunggu selama ini padahal pipa induk untuk mengalirkan air bersih sudah dibangun dua kali. Pertama dibangun sekitar 10 tahun lalu dan diperbaharui pada tahun 2018 lalu, Namun tidak ada perhatian aliran air bersih yang masuk ke desa hingga kini, “keluh Sudiyanto.

Padahal, Jarak empat desa yang krisis air bersih ini hanya berkisar 5-6 km dari pusat kota. Diperparah jarak jaringan air bersih Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) yang telah disalurkan tinggal 2 KM sampi di wilayah Pabos. Yakni, desa Bobanehena menuju Payo.

Menurut warga, kondisi itu seharusnya telah menjadi perhatian Pemda Halbar untuk masyarakat. Karena, persoalan air bersih menjadi aspek  utama bagi kesehatan masyarakat. Terlebih air hujan memiliki kadar sangat kurang baik ditinjau dari sisi kesehatan yang telah diketahui pemerintah.

Sangat disesali, meskipun suda beberapa kali infrastruktur jaringan sarana air bersih seperti pipa induk  dikerjakan namun pengaliran air bersih hingga kini belum terealisasi.

Diperparah kata Sudiyanto, saat musim panas tiba warga terpaksa mengeluargan uang dari saku untuk membeli air bersih dari pemerintah. yakni dari PDAM dengan harga yang cukup memberatkan.

Padahalnya, jika warga tidak memperoleh air bersih seharusnya pemerintah memberi air secara gratis karena telah menjadi tugas Pemda terhadap warga yang sedang kesusahan air.

“tapi itu tidak pernah dipikirkan dengan pengelolaan anggaran daerah ratusan meliaran setiap tahun”, kesal Sudiyanto.(lan/red)