MOROTAI-PM.com, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Morotai, Suryani Antarani membantah, jika proyek bantuan fiber dari Pemda Morotai (DKP) itu bermasalah.

“Misalnya yang dipersoalkan soal bodi fibernya tipis dan tak bisa digunakan, itu tidak benar. Saya juga sudah turun, bodi itu tidak masalah,” bantahnya.

Menurutnya, bantuan itu tidak bermasalah walaupun dihantam ombak. Bahkan, dirinya menuding, para penerima bantuan selain bantuan Pemda Morotai, juga tidak menggunakan kapal fiber melainkan hanya menggunakan mesin dan memindahkan ke bodi yang lain.

“Ada penerima bantuan hanya pakai mesin, mesin dipakai ke bodi yang lain, sementara bodi bantuan tidak dipakai, ini sering kita temukan. Kalau nelayan lain yang tidak dapat bantuan, seharusnya wartawan menanyakan ini langsung ke Suplayer Kahar karena dia penerima bantuan,” katanya dengan nada kesal.

Sementara itu, Kahar Lastori, salah satu suplayer ikan tuna Desa Sangowo sekaligus penerima menyebutkan, bodi fiber yang diberikan oleh Pemda Morotai itu harus direhab kembali. Sebab, kapal fiber itu rencananya akan melaut di Haltim, sehingga harus diperkuat lagi fisik bodinya.

“Rencananya mancing sampai di Wasileo, makanya harus rehab ulang. Saya bongkar kase besar tempat penyimpanan ikan, tempat BBM, buat kas penyimpanan pakaian, dan karena bodinya tinggi saya kase turun sedikit,” ujarnya, sembari menambahkan, dirinya tidak berani membawa fiber ini jauh, karena  terkait keselamatan nelayan.

Berdasarkan hasil investigasi di lapangan, rehab kapal fiber milik Kahar itu lantaran tidak layak untuk dipakai. Hal ini karena lapisan pinggir kapal hanya 2 lapisan fiber, sementara lapisan didasarnya hanya menggunakan 3 fiber.

Sementara, sejumlah nelayan aktif yang ditemui Posko Malut, baik di Desa Gamlamo maupun Sangowo mengaku, bantuan fiber Pemda sangat tidak layak dan bisa membunuh para nelayan.

“Kalau tidak percaya, suruh dorang pejabat di dinas perikanan turun dan naik di fiber itu, biar dong rasa sandiri, karena kalau ombak itu, fibernya bisa bisa berbunyi dan bodinya bisa patah. Jangan hanya bicara, tapi turun dan mengail di rumpong jauh biar dorang tau,” kesal para nelayan. (ota/red)