TERNATE-PM.com, Keluarga Malamo Ternate (Karamat) mengeglar Gelar tradisi mandi safar, untuk menutup akhir bulan Muharram bersama masyarakat di Dufa-dufa. Kegiatan mandi safar merupakan salah satu tradisi masyarakat Kota Ternate, yang juga dimiliki daerah lain di Maluku Utara (Malut). Tradisi yang dilaksanakan di Kelurahan Dufa-Dufa ini, turut dihadiri beberapa Fanyira, yakni Fanyira Sango, Fanyira Kulaba dan Fanyira Marikurubu.
Presidum Madipolo Karamat dan juga sebagai Kapital Fairish Kesultanan Ternate, M. Rony Saleh, kepada poskomalut.com, Rabu (23/10/11) mengatakan, dilaksanakan tradisi mandi safar bisa menghidupkan kembali tradisi yang hampir punah, akibat perkembangan zaman. “Karamat hadir dengan moto sigodihodokasosela atau kita mengembalikan tradisi orang Ternate yang hampir punah,” katanya.
Tradisi diawali dengan pembacaan doa oleh imam masjid pada tempayang air yang sudah disiapkan, dengan nasi kuning sebagai simbol makanan dalam tradisi tersebut.
Tujuan lain kata dia, dilaksanakan tradisi ini untuk mendekatkan masyarakat satu dengan lainnya dan dengan melakukan tradisi ini juga, sebagai tanda telah berlalunya bulan Muharram. “Tradisi ini juga diyakini masyarakat, agar terhindar dari segala macam penyakit dan dijauhkan dari mara bahaya seperti bencana alam,” katanya.
Menurutnya, yang paling penting adalah menghidupkan kembali tradisi lokal yang sering dilakukan oleh orang tua dulu. Seperti prosesnya yang diawali dengan pembacaan doa-doa khusus pada tempayang yang sudah disediakan airnya. Ini sebagai simbol kedekatan dan keyakinan kita terhadap seng pencipta.
“Kami berharap kepada pemerintah kota Ternate, dapat menghargai tradisi yang sudah ada dengan mendukung dan menghidupkan kembali tradisi yang hampir hilang, karena dengan budaya, kita bisa mempersatukan seluruh unsur yang ada,” katanya.
Tema yang kami pakai untuk trdisi adalah Mahado Safar Seohorobo-robo, Mahado artinya mandi di bulan safar, sedangkan seohorobo–robo itu makan di hari rabu bulan safar. Jadi kegiatan ini biasanya dilaksanakan di bulan safar pada minggu pertama, kedua, ketiga dan ke empat. Karena ini minggu ke empat pada rabu tanggal 23, sehingga dilaksanakan tradisi tersebut.
Dulu itu dibuat bahkan lebih ramai, karena dibuat oleh masing-masing kelurahan pada bulan safar. Karamat ini hanya penggerak terhadap masyarakat lain di Kota Ternate, agar di tahun yang akan datang bisa dibuat lebih meriah lagi untuk masyarakat Kota Ternate,” katanya. (Cr-01/red)
Tinggalkan Balasan