WEDA-PM.com, Peristiwa lakalantas yang terjadi, Senin (25/12/2019) pagi yang menyebabkan meninggalnya Dedi Togo (18), salah satu warga Desa Lokulamo, Kecamatan Weda Tengah, memicu protes dari keluarga korban terhadap pelayanan Rumah Sakit Umum (RSU) Weda. Keluarga korban mengamuk di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Weda. Mereka menuding pihak RSU tidak becus menangani korban lakalantas yang masih berstatus pelajar tersebut.

Kepada wartawan di ruang IGD RSU Weda, salah satu keluarga korban menceritakan bahwa mereka meminta korban segera dirujuk ke Ternate, Tidore, maupun ke Tobelo karena dalam penanganan di RSU Weda, dokter beralasan tidak ada dokter beda dan foto ronseng radiologi sehingga tidak bisa dilakukan operasi. Akan tetapi permintaan rujuk itu tidak ditanggapi hanya karena faktor administrasi.

“Mati dan hidup itu kuasa Tuhan, jadi kami hanya minta agar pasien segera dirujuk saja karena kondisi pasien sudah kritis dan penanganan terhadap pasien juga hanya seadanya,” ujar Melki, Rabu (25/12/2019).

Keluarga korban kata Melki, sangat kecewa dengan sikap rumah sakit yang hanya disibukkan masalah admistrasi ketimbang prioritaskan korban lebih dulu.

Menurutnya, ada keluarga yang sudah siap menandatangani surat pernyataan untuk bertanggung jawab dalam hal administrasi. Akan tetapi pihak rumah sakit tetap ngotot dengan masalah administrasi yang harus diselesaikan dulu baru kemudian pasien akan dirujuk. “Soal administrasi itu pasti keluarga korban akan selesaikan tetapi pihak rumah sakit terlalu berbelit-belit, pihak rumah sakit weda ini lebih pentingkan uang daripada nyawa,”kesalnya.

Senada disampaikan salah satu keluarga korban, menurutnya keluarga hanya inginkan dokter ambil tindakan bukan permasalahkan adminitrasi. Karena semua keluarga kata dia sudah siap tandatangan surat untuk segera dirujuk karena korban saat dibawa ke RSU masih bisa bicara. Soal nantinya terjadi apa-apa dalam perjalanan ketika dirujuk keluarga korban menerima itu, asalkan ada tindakan dari RSU untuk rujuk sebagaimana permintaan kami keluarga. “Maunya kami secepatnya ambil tindakan. Soal diperjalanan seperti apa itu tidak jadi soal. Karena di Jam 10 korban masih bisa bicara. Korban bilang capat obat kita jangan kita mati. Tapi RSU tidak pikir ini,” Kata Yupnartus salah satu keluarga korban. “Kita maunya punya tindakan yang nyata, supaya kita tau. Kami tidak paksakan untuk operasi dan lainya, hanya saja kamu butuh tindakan nyata,”katanya menambahkan. Seraya mengaku pihak keluarga 

sudah 7 kali tanda tangan pernyataan, dan mereka siap asalkan nyawa korban terselamatkan, bahkan berapapun biaya mereka siap bayar. “RSU ini kalau tidak ubah pelayanaan akan banyak korban. Ini rumah sakit model apa?,”kesalnya.

Dokter RSU Weda, dikonfirmasi menjelaskan kondisi pasien saat itu memang sudah kritis karena pasien pendarahan sehingga ada penurunan kesadaran dan pasien sempat tidak sadar. “Kami harus menstabilkan dulu pasien di antaranya pasang infus, pergantian cairan sampai pasien stabil baru bisa dirujuk. Kalau administrasi memang kalau pasien yang mau dirujuk juga harus selesaikan administrasinya, bukan baru pasien ini saja, pokoknya semua pasien juga harus selesaikan administrasi,”ujar Dokter Anti. Menurut dokter yang menangangi korban tersebut, korban saat tiba di IGD dia dan perawat yang menangangi lebih dulu sebelum identitasnya dicacat. “Semuanya kita tangani dulu sampai pasien 1 jam lebih, selesai semuanya terpasang baru saya kembali ke meja saya tulis dulu riwayat pasien seperti apa. Hasil pemeriksaan seperti apa. Nah disitu saya harus lengkapi dulu administrasinya, harus bikin surat rujukan baru pasien itu dirujuk, tidak mungkin pasien keluar tanpa bawa surat pengantar apa-apa,”jelasnya.

Dia mengatakan, awalnya pihaknya memprioritaskan pasien, setelah itu baru administrasi dan pada saat itu mungkin masalah biaya juga. “Karena sekarang peraturan di RS semua pasien entah itu BPJS atau umum itu tetap harus bayar,”katanya.

Dijelaskan pasien mengalami pendarahan, dia curiga ada patah tulang di paha bagian kanan dan trauma tumpul di bagian kepala sehingga meninggal, karena pendarahan yang banyak dari pembulu darah besar  di kaki dan pendarahan di kepala. “Cuma kami di RS ini karena keterbatasan tidak bisa foto rongseng radiologi dan juga tidak ada dokter bedah yang menangani untuk cepat di operasi. Saya rencanakan rujuk hanya kondisi pasien sedang drop jadi kita harus melakukan tindakan dulu jadi tidak bisa di rujuk,”katanya menjelaskan.

Dokter mengaku korban mau dirujuk saat kondisinya stabil, hanya saja pas mau rujuk  tiba-tiba kondisi pasien drop.Pasien berbicara tapi dalam kondisi agak tidak sadar. “Saya curiga ada pengaruh alkohol atau bagaimana, pada saat ditangani juga pasien kondisinya merontak, sehingga diajak ngomong kadang nyambung kadang tidak nyambung juga,”ucapnya.

Diketahui sebelumnya, terkadi Kecelakaan Lalu Lintas di jalan poros Weda Tengah, tepatnya sebelum pis perempatan PT Tekindo Energi yang melibatkan sebuah mobil Avanza Silver DG.1028 SA yang dikendarai oleh SHB (32) dengan motor Honda beat DG 3917 S. Peristiwa yang terjadi di hari Natal itu terjadi sekitar pukul 9.00 wit.

Informasi yang dihimpun Mobil avansa tersebut dari arah timur ke barat atau dari Sesa Sagea dengan tujuan ke Weda. Sesampainya di jalan lintas Weda lelilef di jalan yang menikung ke kanan, tiba-tiba dari arah yang berlawanan yakni arah barat ke timur datang sepeda motor Honda beat pot warna merah putih yang dikendarai oleh saudara Dedi  Togo berboncengan dengan Edo Koyoba. “Dalam kecepatan tinggi dan tidak bisa mengendalikan laju  kendaraannya  pada saat mau berbelok ke kiri sehingga bergerak lurus ke depan dan menabrak mobil di bagian bomber depan sebelah kanan, kemudian pengendara sepeda motor dan boncengannya jatuh terpental di atas badan jalan jalur sebelah kanan,”ungkap Kasubag Humas Polres Halteng, IPTU Sudarlin Lalone.

Akibat kejadian nahas tersebut pengendara sepeda motor mengalami patah tulang di bagian lutut kaki sebelah kanan dan tidak sadarkan diri, sedangkan boncengannya mengalami benjolan di bagian jidat dan luka robek di  mulut.

“Kedua korban dilarikan ke Puskesmas lelilef untuk mendapatkan penanganan medis,”tambah dia. Selanjutnya, korban meninggal dunia dirujuk ke RSUD Weda untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Berselang beberapa jam mendapat tindakan medis di RSU Weda, korban  Dedi Togo tidak dapat diselamatkan dan akhirnya meninggal dunia di RSUD Weda.

“Pada saat menerima laporan Laka Lantas, anggota pospol Weda Tengah, menghubunggi Satlantas Polres Halteng. Beberapa jam kemudian anggota turun TPK dan melakukan olah TKP.(msj/red)