LABUHA-pm.com, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara kembali menjadi sorotan publik, karena keterbatasan fasilitas dan manajemen yang buruk.
Bagaimana tidak, seorang pasien berinisial RI, korban kecelakaan dengan benturan serius di kepala, terpaksa menunggu selama dua hari tanpa alasan yang jelas untuk pemeriksaan CT-Scan untuk mediagnosis luka otak kritisnya.
Pasien masuk rumah sakit sejak Kamis malam itu baru bisa dirujuk ke RSUD Chasan Boesoirie setelah dua hari penuh menanti, lantaran alat CT-Scan di RSUD Labuha tidak bisa berfungsi.
Alat vital tersebut sebenarnya tersedia di rumah sakit, namun tidak dapat dioperasikan karena alasan ketidakstabilan daya listrik dan ada yang bilang sudah rusak. Sebuah alasan yang sangat mengecewakan dan mencerminkan buruknya pengelolaan fasilitas.
“Alat CT-Scan ada, tapi daya listrik tidak mencukupi untuk mengoperasikannya,” ungkap M, petugas klinik bedah RSUD Labuha, saat diwawancara Sabtu (07/06/2025).
Permasalahan klasik ini seharusnya tidak terjadi di rumah sakit setingkat kabupaten. Namun, faktanya bahwa layanan vital terhambat, karena alasan masalah listrik yang bisa dibilang paling dasar, ini bisa menunjukkan lemahnya sistem pengelolaan dan pengawasan manajemen di tingkat RSUD Labuha.
Sumber internal yang enggan disebutkan nama-nya mengungkapkan, bahwa persoalan ini berkaitan langsung dengan pengelolaan anggaran di rumah sakit yang amburadul, karena tidak dikelola dengan baik.
Dana yang cukup besar tiap tahun seolah-olah dikelolah tanpa hasil nyata, sementara kebutuhan sangat mendasar seperti stabilisasi listrik dan perawatan alat medis yang paling penting terus terabaikan.
“Setiap tahun anggaran cukup besar, tapi tidak ada komitmen serius untuk memastikan fasilitas berfungsi dengan baik. Listrik sebagai kebutuhan dasar saja tak mampu dipenuhi, apalagi dengan pelayanan optimal,” ujarnya.
Kegagalan ini jelas, menyoroti ketidakmampuan dan lemahnya pengawasan dari pimpinan RSUD Labuha dr. Titin, harus bertanggung jawab atas perencanaan dan penggunaan anggaran.
Publik kini menuntut transparansi terkait penggunaan anggaran yang diterima RSUD dan harus ada pertanggungjawaban dari buruknya pelayanan.
Keluarga pasien RI menyuarakan kekhawatiran mendalam akan keselamatan pasien dan menuntut tindakan cepat dari manajemen rumah sakit serta pemerintah daerah.
“Ini soal nyawa manusia, bukan sekadar masalah alat atau teknis. Kami mendesak RSUD Labuha dan Dinas Kesehatan untuk segera memperbaiki fasilitas dan memberikan pelayanan yang layak,” ujar anggota keluarga pasien.
Namun, saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Direktur RSUD Labuha, dr. Titin, tidak ada tanggapan. Wartawan lalu menghubungi Sekretaris RSUD, Laode Emi, yang justru mengungkap fakta mengejutkan: RSUD Labuha saat ini belum memiliki alat CT-Scan sama sekali.
Menurutnya, pengadaan baru akan diajukan ke Kementerian Kesehatan pada tahun 2026. Ia juga menyebut bahwa pernah ada alat CT-Scan sebelumnya, namun rusak akibat daya listrik PLN yang tidak stabil.
“Pernah ada, tapi kita tidak tahu pengadaan tahun berapa. Saat itu kita masih staf biasa,” ujar Laode (7/6/).
Pernyataan ini justru menambah kebingungan dan ketidakjelasan. Sebab, sebelumnya petugas klinik menyebut bahwa alat CT-Scan ada, tapi tidak bisa digunakan karena daya listrik tidak stabil.
Ketidaksinkronan informasi internal ini memunculkan dugaan soal buruknya koordinasi dan transparansi manajemen rumah sakit.
Hal ini menegaskan bahwa RSUD Labuha sedang dalam keadaan krisis tata kelolanya. Kasus RI hanyalah satu dari sekian banyak potensi korban dari sistem kesehatan yang pincang.
Buruknya perencanaan, minimnya tanggung jawab pimpinan, dan lemahnya pengawasan anggaran membuat pelayanan kesehatan di wilayah terpencil seperti Halmahera Selatan jauh dari kata layak.
Pemerintah daerah wajib segera lakukan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen RSUD, memastikan dana digunakan secara tepat, dan prioritas utama haruslah pelayanan kesehatan berkualitas, terutama bagi pasien dengan kondisi kritis yang membutuhkan penanganan cepat dan profesional.


Tinggalkan Balasan