TERNATE- PM.com, Hoax bukan sesuatu yang tabu untuk masa sekarang ini. Apalagi era digital saat ini segala bentuk kegiatan dan aktifitas manusia dapat terdeteksi melalui saluran komunikasi Media sosial. Akibat dari hoax tersebut banyak yang menjadi korban. Salah satu kasus yang terjadi belum lama ini, tentang isu penculikan anak yang dimainkan netizen di media sosial sehingga berdampak pada orang-orang yang tak bersalah.

Kepada poskomalut.com, Jumat (31/01/20), Wahyuni Bailussy selaku praktisi komunikasi dari UMMU mengatakan, kehadiran media baru / New Media membuat manusia berhubungan melalui dunia maya tanpa harus bertatap muka, semua maksud dan tujuan dapat tersampaikan kepada lawan bicara. “Hal ini tentu mempermudah hubungan manusia tentunya, namun apakah hubungannya berkualitas/positif ataukah malah sebaliknya, maka dari itu pengguna medsos dituntut untuk lebih bijak dalam menggudakan Medsos,” jelasnya.

Selain itu juga, berkomunikasi melalui internet khususnya berMedsos harusnya memperhatikan etika berkomunikasi, atau yang disebut Netiket agar dapat mengatur dan mengarahkan kita berkomunikasi di internet, sama halnya dengan yang dilakukan pada kehidupan nyata. “Orang-orang yang berkomunikasi dengan kita adalah orang-orang yang ada dalam komunikasi kita, yang merupakan satu hal yang nyata, oleh karena itu kita dituntut untuk tetap berkomunikasi dengan menggunakan etika yang baik dan benar,” ucapnya.

Ketua program study ilmu komunikasi, ini juga menambahkan, dalam memerangi hoax di media sosial di Maluku Utara yang terus berkembang, tentunya butuh dukungan pemerintah yang memiliki kewenangan untuk meminimalisir penyebar Hoax, dan yang paling penting adalah memberikan edukasi dalam bentuk sosialisasi terhadap masyarakat untuk lebih bijak menggunakan medsos.

Sebenarnya pemerintah sudah memainkan perannya untuk memerangi Hoax ini, tetapi belum maksimal. “Langkah taktis tidak hanya melalui langkah hukum, tapi juga  langkah edukasi sehingga masyarakat lebih bijak bermedsos” tutupnya. (Ris/red)