TERNATE-PM.com, Mengamati fenomena politik menjelang Pilkada Kota Ternate, sebagai akademisi, Hudan Irdyadi melihat para bakal calon walikota mempunyai niat yg baik dalam membangun kota Ternate, dan ini positif untuk suatu kontestasi politik di tahun 2020.
Sejauh ini, hampir seluruh Balon Walikota telah melakukan berbagai bentuk konsolidasi degan intrik-intrik politik, sehingga berdampak pada simpati masyarakat di Kota Ternate. Dari amatannya, visi-misi para balon ini ada yang terlihat bombastis dan ada yang datar. “Ini adalah hal yang lumrah dalam kontestasi politik lokal, masyarakat Ternate dalam perkembangannya, dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang plural degan kemajemukan identitas etnik di dalamnya, untuk itu setidaknya menjadi catatan tersendiri bagi para balon,” ucap Hudan pada poskomalut.com senin (10/02/20).
Dosen Unkhair ini, mengatakan pendidikan dan kesehatan selalu menjadi isu penting setiap datangnya pilkada. Beberapa balon walikota Ternate, yang mempunyai penekanan pada sektor ini, yakni pada sosok Yamin Tawari, Sidik siokona dan M.Tauhid Soleman. Alasannya, Yamin adalah politisi senior, pemain lama, yang notabenenya banyak tahu terkait permasalahan pembangunan kota Ternate, sedangkan Sidik siokona adalah seorang akademisi yang berlatar pendidikan, dan berjiwa petarung dan M.Tauhid Soleman ada sosok yang mengakar dengan birokrasi, karir birokrasinya pun dimulai dari bawah step by step. Untuk itu, Tauhid sangat tahu betul tentang pengelolaan pemerintahan. “Ketiga nama yg saya komentari ini menjadi catatan saya dalam mengamati gejolak politik di kota Ternate,” ujarnya.
Namun ketiganya, mempunyai visi misi dalam pembangunan sosial dan budaya masih dalam kategori yang biasa. “Saya belum mendengar dari mereka terkait bagaimana cara mengorganisir kesenjangan sosial, konflik sosial, sampai pada penyakit masyarakat. Terkait pembangunan kebudayaan pun dari ketiga Cawali masih terlihat abstrak. Slogan Ternate hebat maupun Ternate sejahtera, saya pikir slogan yang bagus. akan tetapi, jangan sampai slogan tersebut tidak dapat menjawab program-program yang terdapat dalam slogan itu,” ungkapnya.
Selanjut, Ia juga melihat balon walikota yang datang dari anak muda yang patut diperhitungkan adalah Nuryadin Rahman dan Merlisa Marsaoly. Nuryadin mempunyai kapasitas dalam membagun pola hubungan sosial, sehingga ia berani mengusung visi misi degan melakukan redesain kawasan di Kota Ternate. Hal tersebut tidak dinafikan lagi karena ia kenyang pengalaman sebagai mantan kadis Disperindag, yang kemudian mengantarkan ia (Nuryadin) pada posisi kadis Disperkim sekarang ini. “Dan untuk Merlisa, yang notabenenya sebagai kader PDI-P dan masih aktif sebagai legislator kota Ternate, saya melihat visi misi dari beliau lebih disoroti pada tata kelola pemerintahan. Hal tersebut karena sudah beberapa kali Ia (Merlisa ) mengkritisi pemerintah kota Ternate yang dipublikasikan oleh media masa. Sehingga hal tersebut menjadi catatan buat ibu Merlisa untuk maju bertarung dalam pilwako Ternate 2020-2025,”paparnya.
Sebagai orang adat, Ia (Hudan) melihat incumbent, Abdullah Tahir yang mengusung visi misi berlandaskan adat seatorang sangatlah berat di tengah arus globalisasi yang sulit dibendung. “Bahkan saya ingin menanyakan adat seatorang yang dimaksudkan itu seperti apa?? Karna dalam konteks adat seatorang itu terdapat beberapa ikatan yang menjadi nilai filosofis masyarakat Moloku Kie Raha dalam bingkai kesultanan,”ujarnya.
Hudan menambahkan, para balon walikota Ternate ini, lebih pada membangun image atau pencitraan diri mereka saja, sehingga bahasa yang ditampilkan masih biasa, dan tidak ada bentuk ekspresi antara gambar dan komunikasinya yang terpampang di baliho/spanduk. “Jadi seharusnya para balon walikota ini harus menampilkan sesuatu yang memang menjadi problem saat ini yang terjadi di Masyarakat kota Ternate, baik itu lewat iklan dan baliho/spanduk, terkait dengan pendidikan, kesehatan ataupun budaya sosial yang ada di masyarakat kota ternate,” tutupnya. (Ris/red)
Tinggalkan Balasan