Ancam Mobil Pangkalan, 2020 Semua Ditertibkan

TERNATE-PM.com, Kehadiran grab dan gojek di Kota Ternate, terus menuai pro dan kontra. Pasalnya, kehadiran grab salah satu platform O2O yang bermarkas di Singapura dan Gojek sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek melalui online, dinilai mengancam keberadaan mobil pangkalan dan ojek konvesional (ojek pangkalan).

Hal ini ditegaskan pengamat Ekonomi Unkhair, Mukhtar Adam ketika dikonfirmasi Posko Malut, Minggu (22/12/2019). Menurutnya, penolakan Gojek maupun Grab di Ternate, membuktikan, Walikota Ternate Burhan Abdurahman teralu pasif dalam memahami kebutuhan masyarakatnya sendiri.

Sudah seharusnya, Pemerintah bertugas membuat perekonomian menjadi efisien. Karena itu, jika ada inisiasi pelaku usaha yang menghadirkan produk barang dan jasa yang efisien bagi rakyat, maka pemerintah wajib mendorongnya. Tentu dengan mempertimbangkan pelaku – pelaku sejenis, sehingga efek dari hadirnya produk baru seluruh komponen bisa saling mengisi.

Mukhtar menilai, Walikota terkesan tidak menjadi regulator yang baik, sehingga gojek dan greb yang justru memberikan efek bagi efisiensi perekonomian. Walikota cenderung pasif, tetapi soal Alfamidi kesan walikota sangat aktif, ada apa dengan gejala ini.

“Grab dan gojek alternatif sistem transportasi yang lahir dari perubahan perilaku konsumen yang ingin menghadirkan layanan yang murah, kepastian, dan kenyamanan,maka pemerintah perlu berperan aktif, dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif dengan para pelaku usaha tersebut,” pungkasnya.

Disisi yang lain, kehadiran Grab bakal mengancam keberadaan mobil pangkalan, terutama yang bermarkas di Bandara Baabullah Ternate. Pasalnya, dengan harga yang terjangkau ketimbang mobil pangkalan, maka masyarakat lebih nyman menggunkan grab. Apalgi, tarif angkutan mobil pangkalan dari bandara menuju tempat tujuan sangat fantastis.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Ternate, Faruk Albar menyebutkan, grab dipatok dari Bandara menuju tempat tujuan, hanya Rp 20.0000 hingga Rp 30.000, tergantung jarak yang do order lewat aplikasi. Sementara mobil pangkalan bandara jauh dekat dibayar dengan harga Rp 150.000, bahkan mencapai Rp 200.000 per sekali jalan.

“Tarif yang sangat fantastis tersebut membuat orang lebih memilih menggunakan Grab Car. Kalau seperti ini, maka memungkinkan masyarakat tidak lagi menggunkan mobil pangkalan,” ungkapnya.

Menurutnya, Greb di Ternate menjadi laris, karena tarif harga lebih mudah dijangkau. Berbeda dengan mobil pangkalan di Bandara yang belum memiliki tarif tetap. “Untuk mobil pangkalan di Bandara juga belum di tetapkan tarifnya sejauh ini, karena berbicara tarif kita dari pihak Disbuh tisak bisa menetapkan, kan tetap lenetapan lansung dari Gubernur,”ungkapnya

Semua tarif transportasi, lanjutnya harus sesuai dengan SK Gubernur Provinsi Maluku Utara. Sedangkan, SK yang diterbitkan Gubernur juga belum dicantumkan soal tarif. “Hal ini bakal ditindak lanjuti, kita akan ke Gubernur untuk menanyakan hal tersebut,”tuturnya

Untuk mengatasi benturan di lapangan, maka soal tarif Bandara sudah dipertanyaan dibagian Hukum. Faruk memastikan, 2020 nanti tariff dari bandara ke tempat tujuan bakal ditertibkan, sehingga tidak ada yang dirugikan. “2020, kita usahakan untuk tertibkan tarif di Bandara,” akhir Faruk.

Asisten II Kota Ternate Bahtiar Teng, menyebutkan, Pemkot akan membahas tarif mobil di Bandara dengan dengan Dinas terkait, sehingga cepat ditemukan soolusinya.

“Untuk  soal tarif mobil pangkalan bandara  yang mahal, sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengunakan greb tersebut. Untuk itu, Pemkot bakal sama-sama dengan dinas terkait untuk duduk bahas kembali soal tarif Mobil pangkalan,” ungkpanya. “Minggu depan bakal diselesaikan, saya bakal bicarakan hal ini dengan Dinas perhubungan dan perwakilan mobil pangkalan untuk manata kembali tarifnya,” tutup Bahtiar.(cha/red)