MOROTAI-PM.com, Sikap Bupati Pulau Morotai Benny Laos kali ini, benar-benar melukai hati para guru. Kenapa tidak, pada momentum hari guru ke-74, Senin (25/11) kemarin, bupati berlatar belakang pengusaha ini mengeluarkan pernyataan yang “membunuh” semangat pahlawan tanpa jasa tersebut. Seharusnya, momentum HUT PGRI tersebut, kepala daerah memberikan reward kepada guru teladan, guru berprestasi sebagai bentuk apresiasi selama bertugas, mencerdaskan anak bangsa.

Saat mengambil upacara HUT PGRI, bupati tampak marah-marah terhadap ratusan guru, mulai dari TK hingga SMA yang ikut dalam apel upacara yang berlangsung di depan kantor Bupati Morotai, jalan baru Muhajirin Kecamatan Morsel.

Bupati dalam sambutannya mengutarakan, para guru di Morotai saat ini terlalu banyak mengeluh dengan pendapatan yang diterima. Padahal, tunjangan yang diterima dinilai cukup besar. “Guru saat ini tunjangan jabatannya lebih besar, sangat besar guru, tapi tidak pernah bersyukur. Padahal jadi PNS sudah tahu, kalau gaji guru kecil, tapi setelah terima gaji justru mengeluh kenapa gajinya kecil, saya bingung. Padahal, saat tes PNS sudah tahu kan gajinya berapa, kenapa saat terima gaji, mengeluh gajinya kecil. Nah ini kan sudah keliru,” semprot Benny kepada para guru. 

Benny membuat pernyataan dihadapan ratusan guru itu setelah dirinya usai membacakan sambutan Kemendikbud.”Saya ingin buat sangsi hukuman pada guru itu lebih tegas dari pada pegawai biasa,” kata Benny. Ia berharap guru harus konsisten, terus berdoa dan berusaha, menjaga tindakan, perilaku dan hati. “Dan yang terakhir mulai awal tahun itu semua guru akan dilakukan tes jadi persiapkan (diri). Untuk menjadi Kepala Sekolah di sekolah unggulan harus tes. Untuk menjadi wakil kepala sekolah unggulan harus tes, semua guru di sekolah unggulan harus tes, dan yang mengajar di sekolah unggulan mendapatkan tunjangan tersendiri. Oleh sebab itu tolong persiapkan diri,” pintanya.

Adanya rencana tersebut, Benny pun menghimbau kepada guru agar mempersiapkan diri dengan matang.  “Persiapkan tes kesehatan, tes IQ, siapkan visi pendidikan, presentasi wawancara. Jadi kalau IQ dibawah standar tidak diperkenankan mengajar lagi disekolah,” katanya.  “Tes psikologi juga begitu untuk menentukan potensi guru itu arahnya ke mana. Kalau potensi guru dalam sikologinya, sikologi tidak stabil maka saya tidak ijinkan untuk mengajar di sekolah. Kalau guru emosinya tidak terkendali maka muridnya juga tidak terkendali. Jadi itu penting. Kesehatan juga penting, jadi guru-guru jangan batawana lagi, stop. Guru harus fokus mengajar, urusan yang lain itu urusan pemerintah,” pungkasnya. (ota/red)