JAKARTA-pm.com, Indonesia menekankan pentingnya kerjasama dengan China dalam berbagai sektor, termasuk transisi energi dan industri. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam kunjungannya ke Beijing, menyoroti proyek bersama antara CBL dan Indonesia Battery Corporation (IBC) di Buli, Maluku Utara.
Luhut mengungkapkan harapannya terhadap dukungan National Development and Reform Commission (NDRC) China, yang diketuai oleh Zheng Shanjie, untuk mendukung proyek pengembangan baterai di kawasan industri Buli, Maluku Utara.
“Saya harap NDRC dapat mendukung kerja sama antara CBL (joint venture CATL, Brunp, dan Lygend) dan IBC (Indonesia Battery Corporation) untuk produksi proyek battery materials dan proyek battery recycling di kawasan industri Buli, Maluku Utara,” ujar Luhut di Beijing, Rabu (12/6/2024).
CBL, atau Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd., didirikan pada Oktober 2020, merupakan kolaborasi antara Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., Ningbo Lygend New Energy Co., Ltd., dan Ningbo Meishan Free Trade Port Ruiting Investment Co., Ltd. Proyek ini berfokus pada pengembangan industri baterai kendaraan listrik dengan investasi sebesar USD 5,9 miliar.
Investasi ini mencakup pengembangan teknologi baterai, integrasi sumber daya dari tambang nikel hingga produksi dan daur ulang baterai. CATL, pemegang saham utama Ningbo Brunp, merupakan pemimpin global dalam teknologi baterai dengan kapasitas produksi 170,39 GWh pada akhir 2021.
Proyek CBL di kawasan industri Buli, yang mencakup 2.000 hektar, akan menjadi pusat produksi dan layanan sumber daya baterai kendaraan listrik. Proyek ini mencakup bijih nikel laterit, produk turunan nikel, bahan baku baterai energi baru, serta daur ulang baterai.
Dengan integrasi sumber daya dan teknologi serta dukungan dari kedua pemerintah, proyek ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia dalam industri baterai global dan memperkuat kerjasama ekonomi dan teknologi antara Indonesia dan China.
Tinggalkan Balasan