Masih teringat dibenak warga khususnya Kota Ternate, dan umumnya Maluku Utara, sekira pukul 03.00 Wit, Minggu 25 Agustus 2024 dini hari, suara tangisan histeris terdengar di Kelurahan Rua. Akibat hujan lebat, sehingga banjir bandang menghatam puluhan rumah dan menelan korban jiwa. Banjir ini, membawa sejumlah material rumah, pasir, tanah dan batuan dari Gunug Gamalama. Bahkan, korban nyawa sekalipun ikut terseret yang menjadi duka hingga hari ini. Dari kejadian itu banyak warga kehilang tempat tinggal. Banyak para keluarga dan sanak saudara kehilangan orang yang mereka cintai. Musibah alam itu menjadi perhatian pemerintah kota, provinsi dan pusat. Untuk segera mencari solusi bagi warga yang terkenak dampak banjir bandang. Berbagai macam kritikan pun datang dari berbagai sudut padang, kepentingan bagi warag Rua.
Apapun, yang publik inginkan dan memberikan kritik berkaitan kebijakan Pemerintah Kota Ternate yang dinilai santai atau cuek. Namun apa yang dijalankan Wali Kota Ternate, M Tauhid Suleman yang terus berkoordinasi dengan berbagi pihak, turut serta membagi kebahagian bersama warga Rua. Sehingga hari ini, kita bisa melihat ada kebahagian dari raut wajah masyarakat Rua. Karena tempat kawasan baru berlokasi di Kelurahan Jambula, dibangun sangat signifikan. Sebanyak 49unit rumah Hunian Tetap (Huntap) dibangun untuk warga korban banjir bandang di Rua, Kecamatan Pulau Ternate.
Tanah yang luas 2,6 hektar lebih milik Pemerintah KotaTernate dijadikan tempat baru bagi keluarga yang terdampak banjir. Kawasan tersebut didesaian ramah lingkungan. Juga dibangun pasti jauh dari lokasi banjir. Proyek hasil kolaborasi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemprov Malut dan Pemkot Ternate sangat berdampak positif bagi korban banjir.
Hampir periodesasi pertama berakhir, tentu sudah banyak hal yang dilakukan Wali Kota Ternate, hanya saja belum tersampaikan dengan baik. Namun lewat tulisan sederhana ini penulis ingin menyampaikan apa yang dilakukan “Pak Wali” bagian dari bentuk program nyata. Sadar atau tidak melalui tangan dingin dan jejaring ke pusat, Pak Wali bisa mendatangakan sejumlah program.
Itu pun belum sempurna sesuai harapan masyarakat. Sebab, manusia tidak luput dari kesalahan. Ya karena memang hanya manusia biasa. Banyak perdebatan dan pertanyaan ketika, ada yang mengatakan menjadi kewajiban sebagai pemerintah. Namun, bisa dilihat kepempinan siapa bisa mendantangkan program kalau bukan pemerintah masih berjalan.
Ini juga bagian dari Pemkot Ternate menerapkan konsep pembangunan yang selama ini menjadi pekerjaan rumah. Pembangunan infrastruktur sebagai fenomena yag tidak pernah habis-habisnya dibahas, dalam kehidupan manusia. Sebab, fenomena ini melakat sebagai salah satu ciri dalam kehidupan yang sering mengalami perubahan.
Menurut Selo Soemardjan (1974) menyatakan bahwa perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu perubahan, pembangunan di sini diartikan sebagai bentuk perubahan yang sifatnya direncanakan. Maka, kebijakan koordinasi dilakukan Pemkot Ternate merupakan bagian dari cara menyakinkaan ke pusat. Bahwa daerah butuh sentuhan dalam mewujudkan harapan dari sebuh proses, ini memerlukan suatu perencanaan maksimal. Tentunya, masih banyak kekurangan setelah dibangunnya kawasan pemukiman baru berada di Kelurahan Jambula. Namun setiap orang atau kelompok selalu mengharapkan adanya perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik, bahkan sempurna dari keadaan yang sebelumnya.
Pembangunan ini semata, demi terciptanya suasan batin bagi warga yang menjadi korban. Walaupun sadar atau tidak masih banyak perlu dibenahi. Wali kota sebagai pemegang tanggungjawab pemerintah akan selalu terbuka menerima saran serta kritikan dalam rangka perbaikan.
Tinggalkan Balasan