TOBELO-PM.com, Salah satu pria bernama Harfei Tasiringan (31), asal Desa Gamhoku, Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halut, Sabtu (27/02), ditemukan tewas gantung diri di rumah orang tuanya. Harfei, yang merupakan karyawan swasta ini pertama kali ditemukan oleh ibunya.

Kasubag Humas Polres Halut AKP Mansur Basing, saat menghubungi wartawan Posko Malut, Senin (01/03), mengungkapkan, korban pertama kali ditemukan dalam kondisi tergantung di dapur rumah orang tuanya.

“Kejadian bunuh diri ini Sabtu kemarin pukul 22.40 WIT. Korban ditemukan oleh ibunya sendiri dalam keadan tergantung,” ungkap Mansyur,

Mantan Kapolsek Malifut ini menceritakan, peristiwa tersebut bermula saat sang ibu korban baru pulang nonton film di rumah tetangga. Saat kembali, dia melihat rumah dalam keadaan gelap. “Makanya ibunya ke dapur dan membuka kain pintu, ternyata melihat anaknya sudah tergantung dengan tali,” kisahnya.

Melihat pria 31 tahun itu dalam kondisi tergantung, sang ibu lalu berlari keluar meminta tolong warga sekitar. “Ternyata anaknya itu sudah dalam keadaan meninggal,” ujarnya. Pihak keluarga menolak melakukan otopsi. Menurut pihak keluarga, korban sering memiliki penyakit kejiwaan.

“Keterangan dari pihak keluarga bahwa korban sering stres dan mempengaruhi kejiwaan. Makanya membuat surat pernyataan penolakan otopsi,” pungkasnya.

Kasus bunuh diri di Kabupaten Halut sudah menjadi langganan karena tiap tahun terus bertambah, baik orang dewasa maupun remaja. Terakhir sudah 14 kali kasus bunuh diri yang tercatat di Polres Halut.

Menanggapi hal itu, salah satu  psikolog Dewi Mufidatul Ummah, saat dikonfirmasi mengatakan, perilaku suicidal atau bunuh diri baik remaja maupun orang dewasa merupakan sebuah perilaku terminal yang didahului dengan gejala  atau syimptom diindikasikan kesehatan mental yang terganggu.

Menurutnya, bunuh diri itu, pasti akan dimulai dengan level situasi kesehatan mental harus diperhatikan sebelumnya.

“Gejala itu diawali dengan stres jika tidak tertangani akan menjadi frustasi. Jika berlanjut bisa jadi anxiety atau kecemasan dan apabila tidak dibantu dengan penanganan yang tepat akan menjadi gangguan psikologis lebih berat seperti phobia atau depresi,” jelas Dewi.

“Jika ditambah dengan pikiran-pikiran negatif atau destruktif yang mendominasi, bisa terjadi keputusan individu tersebut untuk bunuh diri,” lanjutnya.

Dewi menambahkan, diperlukan perhatian bersama, karena aspek kesehatan mental sejauh ini kurang mendapat perhatian. Masyarakat lebih mengedepankan kesehatan fisik. Padahal, kesehatan mental atau psikologis sangat memiliki pengaruh yang signifikan dengan kesehatan fisik, ujarnya.

Dewi menjelaskan, menurut Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah kondisi dimana individu merasa sejahtera. Sehingga dapat diartikan aspek biologis, aspek mental emosional, dan aspek sosial kultural dari individu tersebut berkembang dengan optimal.

“Artinya yang bersangkutan merasa mampu untuk menerima keadaan dirinya dan marasa diterima oleh lingkungannya dengan baik,” tandas mantan Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Malut itu. (mar/red)