TERNATE-PM.com, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Maluku Utara telah melakukan pengecekan langsung ke lapangan dan pengambilan sampel ikan mati di perairan Maluku Utara (Halsel dan Kota Ternate).
Kepala Dinas DLH Provinsi Malut Fachruddin Tukuboya, dalam rilisnya pada poskomalut.com Rabu (26/2/2020) mengatakan, DLH Provinsi Malut telah menurunkan tim untuk melakukan pengecekan lapangan, pengambilan sampel pada beberapa titik dengan tingkat kedalaman yang berbeda pada sumber terdekat, yang diduga menjadi penyebab kematian ikan dan biota laut lainnya.
Ia menjelaskan, penyebab kematian ikan tersebut, dengan melihat indikasi seperti ada peruban warna air, dan kematian ikan diduga akibat Blooming Alga (ledakan alga), akan tetap masih menjadi dugaan sementara. Pihaknya akan segera melakukan pengecekan mendalam dan evaluasi serta pemantauan secara terus menerus.
“Penyebab perubahan air menjadi warna merah, bisa disebabkan oleh ledakan populasi alga merah. Alga ini menghasilkan pigmen merah yang bisa disebut juga dengan phycoerythrin,” jelasnya.
Seperti yang diketahui, perairan Maluku Utara merupakan perairan yang kaya akan sumber makanan ikan seperti plankton yang jumlahnya cukup signifikan. Sehingga peristiwa blooming alga bisa saja terjadi. Peningkatan suhu di perairan akan memicu aktivitas metabolisme alga. Akibat dari meningkatnya metabolisme alga adalah reproduksi dan aktivitas pembelahan sel yang dilakukannya juga akan berlangsung lebih cepat.
Selain itu, Fachruddin juga mengatakan, pembuangan limbah yang mengandung banyak fosfat ke perairan seperti limbah detergen rumah tangga juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya blooming alga. “Ledakan jumlah fosfat di perairan akan memicu pertumbuhan dan perkembangan alga yang sangat pesat dan tentu akan sangat merugikan berbagai hewan dan tumbuhan air, yang hidup di dalam perairan tersebut. Jumlah populasi Alga yang siginifikan juga mengakibatkan penurunan kadar O2 yang dibutuhkan oleh biota laut lainya” ungkap Fachruddin.
Fachruddin menghimbau, pada Masyarakat Maluku Utara khususnya terdampak fenomena ikan mati (Halsel dan Ternate) diharapkan tenang dan tidak terlalu panik, Pemerintah telah mengambil langkah untuk memastikan bahwa fenomena ini tidak berakibat dan berdampak negative pada masyarakat.
“Untuk menghindari dampak bagi masyarakat, ikan yang ditemukan mati tanpa diketahui penyebabnya, agar tidak dikonsumsi. Jika ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan Nelayan dan tidak pada daerah terdampak langsung bisa di konsumsi, Masyarakat juga diimbau ikut menjaga lingkungan dengan bijaksana, janganlah membuang air yang mengandung Detergen baik di Sungai, Danau maupun laut,” ungkapnya.
Saat ini, Pihaknya dan dinas kesehatan sedang mengambil sampel ikan yang mati dan sampel Air Laut untuk Pengujian Laboratorium. “Pengujian laboratorium akan dilakukan di Manado, Sulut dan membutuhkan waktu mulai dari pengambilan sampel, pengiriman dan pengujian serta hasilnya tidak lebih dari 1 minggu,” ungkapnya.
Sebagai Informasi Tambahan, dampak dari adanya peristiwa blooming alga ini harus menjadi perhatian khusus. Jumlah alga yang membludak dapat mengakibatkan risiko kematian pada berbagai macam biota laut.
Kematian biota laut ini dapat terjadi karena adanya paparan toksin yang berasal dari hasil ekskresi alga. Populasi alga yang membludak tentu akan menghasilkan toksin yang banyak pula.
Selain menimbulkan banyaknya toksin di perairan, ledakan alga juga dapat menyebabkan kadar oksigen terlarut di dalam air menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan alga membutuhkan oksigen yang cukup untuk hidup. Jumlah alga yang sangat banyak tentunya akan memicu “perebutan” oksigen dengan biota di dalam air.
Sampai saat ini, pencegahan Blooming Alga belum ditemukan cara efektif, yang dapat menangani permasalahan blooming alga. Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan juga dapat melakukan hal-hal kecil yang dapat mencegah terjadinya blooming alga. (Ris/red)
Tinggalkan Balasan