Rocky: Layaknya Tidore Jadi  Ibu Kota Baru, Bukan Kalimantan

PENGAMAT politik Rocky Gerung, mengungkapkan kesannya dengan Kota Tidore. Kehadirannya, di Tidore untuk bertatap muka dengan warga Kelurahan Tomalou Kecamatan Tidore Selatan yang saat ini mempersiapkan kegiatan Festival Kampung Nelayan.

Rocky, yang memiliki hobi mendaki gunung itu, menyempatkan waktu mendaki Gunung Kie Matubu Tidore, didampingi rombongan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unkhair, Rabu (8/1). Mendaki Gunung Kie Matubu, pria kelahiran Manado, 20 Januari 1959 itu melewati jalur biasanya, Kelurahan Gurabunga Kecamatan Tidore pukul 17: 00 wit. Bermalam di puncak Gunung, dan kembali melalui jalutr Gurabunga pada pukul 15: 30 Wit. Setelah itu, melanjutkan agenda tatap muka dengan warga Kelurahan Tomalou, Kecamatan Tidore Selatan.

Dihadapan warga Tomlaou maupun warga yang ikut dalam kegiatannya, Rocky membandingkan, panorama gunung Kie Matubu dengan kurang lebih 30-40  gunung yang ada di Indonesia dan Dunia. Dia mengaku sangat berkesan berada di atas Gunung Kie Matubu. Menurutnya, gunung kie matubu sangatlah unik dan memiliki daya tarik tersendiri karena berbentuk kerucut segi tiga sempurna. “Dari atas puncak gunung, saya bisa melihat 360 derajat kelap kelip kehidupan Tidore dan Ternate, sambil membayangkan setelah gelap gelip itu disatu awan masih ada manusia yang mencari nafkah di lautnya sendiri yaitu Nelayaan Tomalou,” kata Rocky sambil mengucapkan terima kasih telah mengijinkan kaki ke puncak gunung Kie Matubu.

Selain menikmati panorama gunung Kie Matubu, Rocky juga disuguhkan Sashimi ala Tidore atau yang dikenal dengan Gohu Ikan cakalang yang menjadi makanan khas warga Maluku Utara. “Ternate dan Tidore bukan daerah baru bagi saya, melainkan sebuah kemewahan bagi saya. Berada disini seperti saya pulang kampung, karena apa? ada keluarga saya yang tinggal dan menikah di Ternate tidak lepas dari keluarga Kesultanan Ternate,’’ ujara Rocky.

Dalam tatap muka bersama warga Tomalou, Rocky Gerung didampingi anggota DPRD Provinsi Maluku Utara Sofyan Daud dan Ketua Pemuda Tomalou Abdullah Dahlan itu, Rocky memaparkan sejarah Indonesia, yang dibaca secara Global yaitu wilayah ini (Tidore, red) dan Jawa sudah berinteraksi dengan eropa tiga abad lalu sebelum Batavia. Ide memindahkan Ibukota Negara sangat masuk akal dan layaknya Kota Tidore ini menjadi Ibukota baru, bukan Kalimatan yang menjadi paru-paru dunia yang sudah tentu banyak merusak. Infastruktur yang dibangun, kebisingan akan muncul, akan ada tukar tambah kepentingan untuk mengusai mineral industri.

 Rocky menyatakan, sebagai keluarga nelayan, mulai dari ayahnya sebagai tenaga pengajar di akademi perikanan dan adiknya Profesor perikanan Grefo Gerung  di Unsrat Manado belajar di Jepang 20 tahun, dengan Disertasi tentang AG rumput laut. “Satu hal yang saya sukai dari tradisi nelayan yaitu  kejujuran, itegritas dan keadilan. Jadi, saya dekat dengan dunia bahari tidak dekat dengan mereka yang klaim paham bahari tapi memikirkan kehidupan ril pesisir Indonesia,” katanya. Dia juga  mengulas sejumlah perkembangan Nelayan Indonesia yang belum terlalu tersentuh dengan berbagai kebijakan Pemerintah pusat yang tidak adil  melalui kacamata Nelayan pada kepentingan lokal.

     Diakhir pertemuan, sebelum meninggalkan Kelurahan  Tomalou menuju Kota Ternate, Rocky Gerung mendapat bingkisan istimewah dari warga dan panitia Festival Tomalou tahun 2020 yakni ikan Tore (Ikan Kering).  “Dengan senang hati, sekaligus bisa memberikan testimoni tentang Festival Tomalou,” tandasnya.  (mdm/red)