Disparbud Halsel Launching Festival Marabose

Lounching Festival Marabose yang dihadiri langsung Wakil Bupati Halsel, Hasan Ali Bassam Kasuba.

LABUHA-pm.com, Sejarah Kabupaten Halmahera Selatan berawal dari sejarah tentang Jajirah Al-Mulk catatan sejarah Jajirah Tuwiljabal Mulk berlanjut dengan kemunculan kesultan Moloku Kie Raha atau Kesultanan 4 gunung di Maluku Utara yang terdiri dari Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan.

Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku Utara, Indonesia saat ini, yang muncul dengan perluasan perdagangan rempah-rempah di akhir abad pertengahan.

Kesultanan ini berawal di Pulau Makian yang kemudian mengungsi ke Pulau Bacan akibat meletusnya Gunung Kie Besi dan jangkauan kekuasaannya terdiri dari Kepulauan Bacan (Bacan, Kasiruta, Mandioli, dan seterusnya) dan memiliki pengaruh berkala di Seram dan Kepulauan Raja Ampat.

Kesultanan Bacan jatuh di bawah pengaruh kolonial Portugal pada abad ke-16 dan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) setelah 1609. Bacan merupakan salah satu dari empat kerajaan Maluku (Maloko Kië Raha) bersama dengan Ternate, Tidore dan Jailolo, Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, fungsi pemerintahan sultan secara bertahap digantikan oleh struktur administrasi modern. Namun, kesultanan telah dihidupkan kembali sebagai entitas budaya di masa sekarang yang dipimpin oleh Sultan Gerry.

Halmahera Selatan dimekarkan pada tanggal 9 Juni 2003 dengan PJ Bupati pertama Arif Yasim Wahid, dan kemudian dilanjutkan dengan Pemilihan Bupati Pertama tahun 2005 Halmahera Selatan, di mana Dr. H.Muhammad Kasuba, M.A. dan H. Rusly Abdul Wally, S.IP, terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Halmahera Selatan hingga sekarang sekarang ini dipimpin oleh H.Usman Sidik sebagai Bupati dan Hasan AliBasam Kasuba sebagai Wakil Bupati. Luas wilayahnya 40.263,72 km persegi serta terdiri dari 30 kecamatan dan 249 Desa dan berpenduduk lebih dari sebanyak 251.299 jiwa. Ibu kota Kabupaten Halamahera Selatan sediri terletak di Kota Labuha.

Halmahera Selatan terdiri dari gugusan pulau diantaranya, Ada enam pulau utama diantara pulau-pulau kecil di Kabupaten Halmahera Selatan yakni Pulau Obi, Pulau Bacan, Pulau

Makian, Pulau Kayoa, Pulau Kasiruta dan Pulau Mandioli. Sisanya berada di bagian selatan semenanjung Pulau Halmahera. Kabupaten ini juga terdapat 5 suku (etnis) besar yang mendiami yaitu, Suku Tobelo-Galela, Suku Makian-Kayoa, Suku Buton, Suku Bacan Serta Suku Bajo. Adapun suku dan etnis yang berdomisili di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat 13 etnis. Sebagai wilayah kepulauan maka topografi wilayah Kabupaten Halmahera Selatan seluas 61,1 persen tergolong lahan agak curam (derajat kemiringan 15-40 persen dan lahan curam (derajat kemiringan 40 persen. Hanya 38,9 persen saja tergolong datar dan landai yang banyak terdapat di wilayah pesisir.

Kabupaten Halmahera Selatan memiliki beberapa gunung, termasuk gunung berapi diantaranya adalah Gunung Buku Sibela (2.111 m), Gunung Buku, Uwatcain (1.200 m), Gunung Obi (1.611 m), Gunung Buku Karoang (1.127 m) sedangkan beberapa gunung merupakan gunung berapi yaitu Gunung Makian (1.357 m), Gunung Buku Amasing (1.030 m), Gunung Buku Bibinoi (875 m), Gunung Tigalalu (422 m), Gunung Buku Suanggi, Gunung Buku Lansa dan Gunung Buku Songa.

Karakteristik iklim wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara 1.000 mm sampai dengan 2.000 mm. Curah hujan ini hampir merata di Pulau Bacan dan sekitarnya, Pulau Obi dan sekitarnya serta semenanjung Halmahera bagian Selatan.

Selain itu Kabupaten Halmahera Selatan juga dipengaruhi oleh dua musim yaitu Musim Utara pada bulan Oktober-Maret yang diselingi angin Barat dan Pancaroba pada bulan April. Sedangkan Musim Selatan pada bulan September diselingi angin Timur dan Pancaroba pada bulan Oktober.

Kondisi hidrologi (kondisi air permukaan dan air tanah) Kabupaten Halmahera Selatan dipengaruhi oleh iklim, curah hujan serta keberadaan sungai dan danau. Berdasarkan keberadaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah teridentifikasi, Kabupaten Halmahera Selatan memiliki 151 DAS dan 5 buah danau.

Mengutip ucapan sang tokoh pemekaran dan pemimpin, Sultan Bacan Dede Gahral Adyan Syah “Orang Bacan adalah orang makean yang Hijrah dan orang makean adalah orang Bacan Yang tinggal.”

Sementara, Pengembangan Destinasi wisata yang dikembangkan oleh pemda Halmahera Selatan, diantaranya;

-Pulau Widi

-Pulau Tawale, Nusa Ra

-Pulau Guara Ici (underwater) dan Manggayoang.

Untuk skala prioritas dan pendukung prioritas diantaranya;

-Air Panas Tawa

-Air Terjun Bidadari

-Pantai Omamoi dan Air Terjun Bibinoi.

Selain pariwisata sementara ini juga pemda Halsel mengembangkan kawasan geopark. Geopark adalah sebuah konsep berbasis warisan geologi yang memiliki nilai sebagai taman bumi, selain aspek geologi yang memiliki nilai lebih sebagai taman bumi ,aspek geologi (geodivircity) juga didukung oleh keaneka ragaman hayati (biodiversity) dan kultur masyarakat(culturdivercity) potensi atau geological heritage site (geosite) guna di dorong untuk mendukung Geopark Bacan, Air Panas Tawa, Talaga Nusa, dan manggayoang wayamiga dan sebaran Batuan Metamorf Bacan, Geosite ini yang terdapat di Pulau Bacan sementara geosite lainnya yang juga berpotensi sebagai kawasan geopark.

Tersendiri adalah Kars Tawale. Sebagai langka awal dari pencanangan geopark Bacan dan telah ditetapkan dalam pemetaan awal. Dengan mendorong pulau Bacan sebagai kawasan Geopark maka dampaknya adalah wisata berbasis edukasi.

Pulau Bacan juga memiliki Burung Bidadari Halmahera (semioptera wallacii) adalah salah satu dari 27 jenis burung Maluku Utara dan pertama kali ditemukan oleh Alfred Russel Wallace, salah seorang botanis dari Inggris pada tahun 1858 di pulau Bacan dengan menyebutnya bird of paradise karena memiliki bulu yang sangat cantik dan mempesona terutama jenis jantan yang memiliki 2 pasang bulu yang menyerupai selendang, sehingga ada yang menyebutnya standard wing.

Tak kalah dengan bulunya yang indah tapi juga memiliki suara yang khas dan nyaring menggema di hutan belantara. Makanannya terdiri dari serangga, artropoda, dan buah-buahan. Burung jantan bersifat poligami. Mereka berkumpul dan menampilkan tarian udara yang indah, meluncur dengan sayapnya dan mengembangkan bulu pelindung dadanya yang berwarna hijau mencolok sementara bulu putih panjangnya di punggungnya dikibar-kibarkan. Burung bidadari bisa ditemukan di Pulau Halmahera dan Bacan pada hutan hujan tropis dataran rendah dan bukitbukit, dan kadang-kadang di daerah berhutan.

Risalah di atas dipaparkan Kepala Dinas Parawisata dan Kebudayaan (Disparbud) Halmahaer Selatan, Ali Dano saat launching Festival Marabose, Sabtu (22/7/2023).

Ali mengatakan, latar belakang Festival Marabose adalah untuk menghidupkan ingatan generasi muda tentang sejarah hijrahnya Sultan Muhammad Al-Baakir dengan perangkat adatnya dari negeri Dauri, Tahane, Limau sigara Dolik, Mara Kie Besi Makian melalui perjalanan laut (Marabose).

Selain merawat ingatan sejarah sambung Ali, festival ini pengunjung juga bisa untuk lebih mengenal Halmahera Selatan baik dari sisi sejarah budaya, kuliner, bahari dan keindahan alamya, tentang si cantik bidadari yang menjadi icon zerro point atau titik awal Smart City Halmahera Selatan.

"Festival Marabose akan diadakan pada tanggal 8-12 Agustus 2023. Tujuan pelaksanaan festival selain menghidupkan kembali sejarah dan budaya serta asal usul kesultanan Bacan, kegiatan ini juga mendongkrak popularitas daerah yang memiliki potensi dan keindan wisata di Halmahera Selatan, dan juga menjadi bagian dari promosi Pariwisata, Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif Halmahera Selatan," ujar Ali, Sabtu (22/7).

Ali juga menambahkan, baik dari kearifan local, kuliner, ekonomi kreatif dan destinasi wisata di Halmahera Selatan. Kabupaten Halmahera Selatan adalah daerah yang dijuluki 1001 pulau terdiri dari pulau besar dan kecil yang memiliki potensi sumber keanekaragaman alam dan budaya sehingga memiliki banyak objek wisata seperti wisata alam, budaya, kuliner dan bahari.

Sebagai wilayah yang sebagian besarnya adalah kepulauan, Peran Dinas Priwisata dan Kebudayaan kabupaten Halmahera Selatan menjadikan daerahnya menjadi destinasi utama di Maluku Utara.

"Melalui festiaval ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan berupaya mengembangkan pariwisata Halmahera Selatan, meningkatkan jumlah

kunjungan wisatawan dan melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pengengambangan pariwisata agar bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)," pungkasnya.

Komentar

Loading...