Puncak Corona di Maluku Utara Diprediksi Juni dengan 574 Kasus

Ilustrasai-Covid-19

TERNATE-PM.com, Guru Besar Epidemologi Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. Ridwan Amiruddin dalam zoom meeting bersama Kepala Daerah se-Malut, menjelaskan Model Pandemi Covid-19 Di Maluku Utara.

Dalam pemaparannya, Prof. Ridwan  menjelaskan menggunakan model analisa CHIME (Covid-19 Hospital Impact Model For Epidemics) yang dikembangkan oleh Penn Medicine University Of Pennsylvania AS.

Prof Ridwan memetakan posisi pandemi coronavirus di Maluku Utara, dan memperkirakan kapan puncak pandemi akan terjadi serta beberapa rekomendasi untuk kesiapan medis maupun partisipasi masyarakat. Ridwan menyebut secara umum, kasus di Maluku Utara baru pada tahap awal eksponensial.

Indikator yang digunakan adalah jumlah populasi Maluku Utara 1.000.000 orang,  Hospital Market Share sebesar 15 persen, jumlah pasien positif 2, waktu dobel time 4 hari (artinya setiap 4 hari akan ada pertambahan kasus baru dengan kelipatan dua kali) serta severity parameter, maka puncak pandemi di Malut akan terjadi pada tanggal 17 Juni dengan jumlah kasus 574. karena itu butuh bed ICU sebanyak 220 dan Ventilator sebanyak 162 buah.  Selain itu wajib hukumnya APD bagi seluruh oetugas di RS dan PKM.

Sebagai persiapan awal menuju puncak pandemi maka Prof Ridwan menyarankan, agar RS menyiapkan 83 - 100 bed, ICU sebanyak 24 dan 16 ventilator untuk kasus baru.

Menurut Ketua Umum Persakmi ini, saat ini diproyeksikan telah terjadi infeksi di masyarakat sekitar 634 kasus. Hal ini didasarkan pada jumlah pasien yang telah positif dan dirawat sebanyak 2 orang, angka penggunaan RS sebanyak 2 persen dengan populasi 1 juta orang. Dengan waktu penggandaan kasus 4 hari maka diperoleh waktu reproduksi sebesar 3,65 dan angka pertumbuhan kasus sebesar 18, 92persen.

Masalahnya adalah jumlah kasus yang dihitung ini belum seluruhnya terdeteksi, karena masih dalam proses menunggu laporan kasus. Bukan secara aktif dan masif melakukan tracking, rapid test ataupun PCR dengan sasaran populasi rentan, jumlah terinfeksi maupun  kelompok yang sembuh.

Jika mitigasi berupa pengetatan kontak sosial (hindari kerumunan, jaga jarak, stay at home dll) bisa didorong hingga mencapai 30 persen maka akan memperlebar waktu kasus berlipat dari 3,65 hari menjadi 6,6 hari. Dengan demikian pertumbuhan kasus menjadi 11 persen.

Menurut Prof. Ridwan dalam zoom metting siang tadi, yang diikuti Sekprov Malut, Walikota Ternate dan sejumlah pejabat serta gugus tugas Kabupaten Kota se Maluku Utara, puncak pandemi Maluku Utara masih bisa dihindari, karena Malut baru berada di fase awal.

Caranya adalah dengan meningkatkan cakupan mitigasi berupa social dan physical distancing, stay at home dan cuci tangan di atas 30 persen dari populasi untuk melandaikan curva pandemik.

Selain itu, menghentikan penularan kasus baru dengan memberi perlindungan pada kelompok rentan (bayi, anak-anak dan manula), mempercepat penyembuhan, melaksanakan intervensi skala menengah, karantina pulau, serta screning masif untuk memutus rantai penularan.

Hal terakhir yang disarankan adalah interversi public health, dengan memprioritaskan aspek promotif dan preventif dengan pendekatan komunikasi beresiko yang baik dan mencegah terjadinya konflik horisontal di masyarakat. Kasus penolakan pemakaman jenazah pasien covid adalah salah satu contoh komunikasi yang tak sampai ke masyarakat bawah.

"Dalam menghadapi wabah seperti ini, ujung tombak kesehatan masyarakat ada pada aspek pencegahan. Siapa yang mencegah? Masyarakat sebagai garda terdepan," tegas Prof Ridwan.  Karena itu kolaborasi kerjasama yang melibatkan masyarakat, organisasi profesi, LSM dan potensi lainnya wajib dilakukan jika ingin Malut bebas dari ancaman corona.

Sekprov Malut Samsuddin A. Kadir mengaku, presentase model pandemi seperti ini sangat membantu pemda dalam memetakan kebijakan dan  langkah penanganan wabah di Malut. Pemda kini punya dasar untuk menyiapkan fasilitas RS, menghitung kebutuhan tenaga kesehatan serta mengoptimalkan koordinasi dan pembagian tugas dengan kabupaten kota. "Kami berterima kasih kepada Persakmi dan Rorano yang sudah meminta Prof. Ridwan membuat permodelan seperti ini, selama ini kita banyak mendengar permodelan secara nasional," kata Samsuddin.

Sementara, Walikota Ternate Burhan Abdurahman juga mengakui prentase model pandemi yang dilakukan Prof Ridwan membuat semua pihak menjadi lebih aware dengan ancaman coronavirus. Pemkot sendiri akan terus meningkatkan pengawasan di setiap pintu masuk serta memaksimalkan peran Lurah dan satuan tugas kelurahan siaga covid yang sudah dibentuk.

Presentase Prof Ridwan Amiruddin dilaksanakan melalui zoom metting yang terselenggara atas kerja sama antara Pengda Persakmi Malut dan LSM Rorano Malut, Senin (13/04/2020). (red)

Komentar

Loading...