MOROTAI-PM.com, Walau sudah divaksin dosis 3 boster, sejumlah petugas kesehatan tetap memaksa Dahrul, salah satu warga Desa Nakamura Kecamatan Morotai Selatan (Morsel) untuk disuntik kembali dengan menggunakan dosis yang sama. Akibatnya, Dahrul yang berprofesi sebagai Linmas pingsan sekitar dua jam dan terpaksa dilarikan ke RSUD Morotai.
Informasi yang dihimpun media ini, Dahrul bermaksud ke ibu kota kabupaten untuk mengikuti upacara 17 bulan berjalan. Hanya saja, dalam perjalannya Dahrul sudah ditahan tim vaksinasi tepatnya di depan SPBU Kilo 3 Desa Daruba. Ketika ditahan, Dahrul langsung dibawa ke tim pemeriksa untuk divaksin. Dahrul bersikeras karena dirinya sudah sudah divaksin dosis 3 pada 7 April 2022. Hanya saja, pengakuan Dahrul itu tidak dipercayai oleh tim vaksinasi lantaran tidak dibuktikan dengan surat vaksin dosis 3, sehingga ia langsung divaksin kembali dengan.
Kejadian itu dibenarkan Kepala Desa Nakamura, Yakid Arsad. Ia mengatakan, dari hasil interogasi, Dahrul mengaku dipaksa untuk kembali divaksin.
“Sebelum kejadian, kami mengikuti upacara 17 bulan berjalan. Saya perintahkan menjemput sisa aparatur desa, ketika balik dia (Dahrun) dicegat di Kilo 3 dan mereka (petugas medis).Dahrun mengatakan belum diberikan kartu karena baru bulan kemarin divaksin namun mereka tetap memaksa,”ceritanya.
Lantaran menunggu terlalu lama, Yakin pun memerintahkan perangkat desanya untuk melihat Dahrul ke lokasi di mana dicekal oleh tim vaksinasi.
“Saya sebagai Kades perintahkan bendahara untuk pergi cek di sana, dan sampai di sana saya langsung marah-marah ke tim medis bahwa orang ini sudah vaksin ke tiga. Kenapa harus divaksin lagi, tetapi kami lagi-lagi mengalah. Saya mengatakan mudah-mudahan tidak terjadi apa apa. Nah, saya bertanya lagi ke ibu bidan kalau seandainya terjadi sesuatu siapa yang bertanggungjawab. Mereka menjawab ya bawah aja ke dokter rumah sakit,”jelasnya.
“Pada pukul 12:30 WIT saya bergegas dengan mobil takutnya dia pingsan di jalan, karena saya melihat mukanya sudah merah dan terlihat lemas. Untuk bisa cepat sampai di rumah untuk minum air kelapa muda tetapi tidak sempat dan sampai di rumah korban langsung jatuh. Satu jam setengah kemudian orang tuanya menghubungi saya, kata mereka ‘Pak Kades jangan bagitu kah anak saya belum jadi bagini kok sudah seperti ini bagaimana’. Saya langsung bergegas bawah ke rumah sakit,” sambung Yakid.
Sementara dr. Scriven Warouw, ketika dikonfirmasi di RSUD Ir. Soekarno Morotai mengaku bahwa pasien ketika dibawa ke rumah sakit mengalami penurunan kesadaran.
“Jadi pas masuk, pasien nda respon. Jadi kita lihat dari keadaan umum pasien itu tidak merespon. Mata masih membuka, tapi pas kita rangsang dengan nyeri tangan sama bicara tidak keluar. Jadi bisa dikatakan penurunan kesadaran. Nah pada saat kita periksa tanda-tanda vital ternyata tensi naik 150/100,tensinya naik tinggi, kemungkinan penurunan kesadaran itu karena kami belum bilang ada masalah di kepala boleh cedera karena tekanan darah yang tinggi,” akunya.
Ditanya apakah hal tersebut disebabkan karena disuntik vaksin, dirinya mengaku bahwa belum bisa memastikan, karena tidak berada di lapangan.
“Yang namanya kalau kita mau bilang apakah karena vaksin atau tidak, tapi kejadiannya kita tidak di tempat. Hanya saja biasanya kalau pasien sudah dipulangkan ke rumah itu kan berarti observasi sekitar 15-30 menit di sana ya sesuai SOP. Kita paling takutkan itu kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), kalau seandainya reaksi alergi atau anak pilakti itu bisa mengancam nyawa. Setelah dievaluasi 30 menit katanya menurut keluarga tadi tidak ada keluhan apa-apa, namun di perjalanan pulang, dia mengeluh sakit kepala pusing, tiba-tiba sudah tidak respon bicara. Kemungkinan itu bisa masuk Kejadian ikutan pasca Imunisasi (KIPI),”terangnya.
“Sebenarnya KIPI beragam, salah satunya reaksi alergi, tapi saat kita lihat tensinya naik, tekanan darah tinggi hipertensi. Ketika kami berikan obat hipertensi langsung respon, pasien langsung sadar,” sambungnya mengakhiri.
Tinggalkan Balasan