Hujan, Rindu dan Ibu (Puisi)

Ilustrasi kartun-ibu-anak-hujan

KORPS HMI-WATI (Kohati) HMI Komisariat Pertanian

Apa kabar,
Kamu yang acap kali datang bersama hujan?
Untuk yang kesekian kalinya,
Aku merindukanmu lagi,
Di tengah derainya air hujan
Benar kata ayah,
Hujan merupakan perantara rindu darimu
Melalui bulir airnya yang jatuh ke bumi,
Kau sampaikan rindumu
Hujan menyadarkanku kembali,
Bahwa kau telah benar pergi
Jauh,
Ke alam yang belum pernah kudatangi
Ibu ..
Kata ayah,
Kepergianmu adalah bukti rasa sayang sang Illahi
Namun,
Kenapa harus ada kepergian,
Di tengah nikmatnya kebahagiaan
Lantas,
Di antara hari-hari yang manis,
Kenapa harus ada tangis?
Senada dengan di antara indahnya langit yang begitu cerah,
Kenapa harus ada mendung,
Kemudian hujan?
Ibu..
Aku merindukan segalanya tentangmu
Merindukan lantunan hijaiyah yang sering kau dendangkan,
Kala kau menimangku dalam peraduan
Ketika kau mencium keningku,
Sewaktu menjelang mimpi indahku
Ketika kau menegurku,
Dengan ucapan penuh kehalusan
Dan menu sederhana,
Yang kau hidangkan di waktu makanku
Ibu ..
Hujan selalu mengantar bayangmu ke jendela
Memaksaku untuk selalu mengingatmu
Namun, bu ..
Layaknya kamu,
Hujan selalu mampu menjadi penjaga rahasiaku
Dibalik tetesnya,
Aku bisa menangis sejadi-jadinya
Dibalik gemuruhnya,
Aku bisa berteriak sesukanya
Ibu ..
Untukmu seseorang yang begitu istimewa
Dan tengah bercengkrama dengan Tuhan
Di atas hamparan sajadah,
Ditengah bisingnya rintik hujan,
Ku kirimkan sepucuk doa,
Diiringi rindu dan derai air mata yang tak mampu ku tahan.

 Siti Arofah
Ternate, 2019

Komentar

Loading...