Siapa yang menyangka sepucuk undangan bisa mengubah rutinitas Senin pagi yang biasa? Alih-alih mengajar bahasa Arab di kelas, saya justru bergegas menuju kantor Dinas Perpustakaandan Kearsipan Daerah Kota Ternate. “Pembahasan naskahkuna?” gumam saya sambil tersenyum kecil, “bukankah iniseperti mengajak ahli komputer untuk memperbaiki mesin tik antik?”
Tapi justru di sinilah saya menemukan diri di tengah kegiatan”Pembahasan Identifikasi dan Pendaftaran Naskah Kuna Nusantara” yang ternyata jauh lebih penting dari yang saya bayangkan.
Upaya Strategis Pelestarian Warisan Budaya Tertulis
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Ternate pada Senin, 19 Mei 2025 inimerupakan langkah strategis dalam upaya pelestarian warisan budaya tertulis di Kota Ternate dan Maluku Utara. Dengan mengambil tema “Dengan Identifikasi dan Pendaftaran Naskah Kuno Kita Wujudkan Kepemilikan Naskah yang Terdaftar dan Terjaga”, kegiatan ini menunjukkan keseriusan Pemerintah Kota Ternate dalam melindungi aset budaya yang semakin langka.
Keberhasilan kegiatan ini tidak lepas dari kontribusi para narasumber yang kompeten di bidangnya. Hudan, dosen Universitas Khairun, memberikan pemaparan komprehensif tentang aspek sejarah tradisi tulis di Maluku Utara. Sementara itu, Yano Alputila, arkeolog dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Maluku Utara, menyajikan analisis mendalam tentang material naskah, jenis kertas, dan metodologi perkiraan usia naskah. Kontribusi berharga juga diberikan kepada Anjas, filolog dari Balai Bahasa Maluku Utara, yang memberikan panduan teknis tentang konservasi naskah kuna.
Dimensi kultural kegiatan ini semakin kuat dengan kehadiran perwakilan Kesultanan Ternate. Partisipasi dan masukan dari kesultanan menunjukkan bahwa pelestarian naskah kuno merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan institusi Kesultanan. Kolaborasi semacam ini sangat penting mengingat Kesultanan Ternate merupakan lembaga yang memiliki kaitan historis langsung maupun tidak langsung terhadap naskah-naskah tersebut.
Yang tidak kalah penting adalah partisipasi aktif warga Ternate, para pemilik naskah yang dengan sukarela membawa koleksi warisan leluhur mereka untuk diidentifikasi. Tanpa kesediaandan kepercayaan mereka, upaya pelestarian naskah kuna tidak mungkin dilaksanakan dengan efektif.
Khazanah Naskah Ternate: Potret Peradaban Masa Lalu
Dari hasil identifikasi sederhana terhadap puluhan naskah milikpara peserta beberapa pekan sebelum kegiatan ini dilaksanakan, terungkap kekayaan literasi yang luar biasa dari masa lalu Ternate. Naskah-naskah tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa jenis:
Pertama, naskah keagamaan yang mencakup Mushaf Al-Qur’an tulisan tangan, teks-teks Aqidah Asy’ariyyah tentang sifat 20, penjelasan rukun Islam, serta naskah-naskah tasawuf dan tarekat seperti Qadiriyah Naqsabandiyah, Rifa’iyyah, Khalwatiyyah, dan Khalwatiyyah Sammaniyah. Naskah-naskah ini menjadi bukti penting sejarah perkembangan Islam di Ternate dan kualitas pemahaman keagamaan masyarakatnya.
Kedua, naskah-naskah sastra dan hikayat, termasuk Hikayat Abu Nawas dan dokumentasi tradisi lisan tamsil khas Ternate. Naskah-naskah ini merupakan jendela untuk melihat kekayaan imajinasi, nilai-nilai moral, dan dinamika sosial masyarakat Ternate masa lalu.
Ketiga, naskah-naskah ilmu pengetahuan seperti ilmu falak dan penanggalan Hijriyah, yang menunjukkan tingkat kemajuan intelektual dan penguasaan astronomi masyarakat Ternate. Demikian pula dengan naskah-naskah ramalan yang mencerminkan sistem kepercayaan dan pandangan dunia masyarakat pada masanya.
Keempat, naskah-naskah kesultanan yang meliputi dokumen kenegaraan, surat-menyurat diplomatik, silsilah keluarga, dan dokumen administratif lainnya. Naskah-naskah ini merupakan sumber primer yang sangat berharga untuk merekonstruksi sejarah politik dan diplomasi Kesultanan Ternate.
Secara mengejutkan, mayoritas naskah yang teridentifikasi didominasi oleh naskah-naskah tasawuf dan tarekat. Fenomenaini tidak lepas dari karakteristik islamisasi di Ternate yang kental dengan nuansa sufistik. Kesultanan Ternate, sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Indonesia bagian timur, menjadikan pendekatan tasawuf yang menekankan aspekspiritual sebagai metode utama dalam pengembangan keislaman, sebuah pendekatan yang terbukti lebih mudah diterima dalam konteks budaya lokal.
Bahasa dan Aksara: Wajah Multikulturalisme Ternate
Dari aspek paleografi dan linguistik, naskah-naskah kunaTernate menampilkan keragaman yang menakjubkan. Dominasi aksara Arab dan Jawi (Arab-Melayu) menunjukkan pengaruhkuat peradaban Islam, sementara keragaman bahasa – meliputi Bahasa Arab, Melayu Kuna, Melayu Timur, dan Bahasa Ternate – mencerminkan karakteristik Ternate sebagai simpul pertukaran budaya di kawasan Timur Nusantara.
Keragaman ini menegaskan bahwa Ternate bukan hanya merupakan pusat politik dan ekonomi, tetapi juga merupakan pusat peradaban yang kosmopolitan, tempat berbagai arus pengetahuan, bahasa, dan tradisi intelektual bertemu dan berinteraksi. Namun, di tengah kekayaan ini, kondisi fisik sebagian besar naskah sangat memprihatinkan. Faktor iklimtropis yang lembab, serangan serangga dan mikroorganisme, serta praktik penyimpanan yang tidak memadai telah mengancam kelestarian fisik naskah-naskah berharga ini.
Pentingnya Pendaftaran Naskah Kuno
Menghadapi ancaman kerusakan dan kehilangan naskah-naskah kuno, pendaftaran naskah pada Arsip Nasional melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah menjadi langkah krusial yang perlu didorong. Pendaftaran ini menawarkan berbagaimanfaat, baik bagi pemilik naskah maupun bagi kepentingan pelestarian warisan budaya nasional.
Bagi pemilik naskah, pendaftaran memberikan jaminan legalitas kepemilikan yang diakui negara, yang dapat melindungi merekadari klaim kepemilikan tidak sah atau risiko pencurian dan perdagangan ilegal. Lebih penting lagi, naskah yang terdaftar berpeluang mendapatkan perawatan profesional melalui program preservasi dan konservasi yang menggunakan metode standar, sehingga dapat memperpanjang usia naskah dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Dari perspektif yang lebih luas, pendaftaran naskah memfasilitasi proses digitalisasi yang memungkinkan konten naskah dapat diakses dan dipelajari meskipun naskah fisiknya mengalami kerusakan. Digitalisasi juga membuka peluang aksesyang lebih luas bagi peneliti dan masyarakat tanpa perlu menyentuh fisik naskah, sehingga mengurangi risiko kerusakan akibat penanganan. Dengan cara ini, pendaftaran naskah secara langsung berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian kekayaan intelektual bangsa.
Menuju Kolaborasi Komprehensif dalam Pelestarian Naskah
Kompleksitas tantangan dalam upaya pelestarian naskah kuna di Ternate menuntut pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak. Diperlukan sebuah proyek besar (Giant Project) yang mengintegrasikan keahlian para profesional seperti filolog, pakar bahasa, pihak Kesultanan Ternate, budayawan, sertadukungan dari berbagai lembaga pemerintah.
Lembaga-lembaga seperti BRIN, Balai Pelestarian Kebudayaan, Kementerian Agama RI, Balai Bahasa, dan perguruan tinggi perlu bersinergi dalam proyek ini, dengan masing-masing berkontribusi sesuai kapasitas dan keahliannya. Kolaborasi ini dapat diwujudkan dalam program-program konkret seperti dokumentasi dan digitalisasi sistematis, pelatihan konservasibagi masyarakat pemilik naskah, penelitian multidisiplin, penerbitan hasil kajian dalam format yang aksesibel, serta pengembangan museum atau pusat studi naskah kuno di Ternate.
Melalui pendekatan komprehensif ini, kekayaan literasi Ternate masa lalu dapat direvitalisasi dan ditransformasikan menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang relevan bagi masyarakat kontemporer dan generasi mendatang.
Revitalisasi Warisan, Penguatan Identitas
Kegiatan identifikasi dan pendaftaran naskah kuna di Ternate harus dipandang sebagai langkah awal dalam proyek jangka panjang pelestarian warisan budaya tertulis. Naskah-naskah kuno ini bukan sekadar artefak sejarah, melainkan repositori pengetahuan, nilai, dan kearifan yang membentuk identitas kultural Ternate. Setiap naskah yang berhasil diselamatkan dan dipelajari berkontribusi pada pemahaman yang lebih kaya tentang akar sejarah dan nilai-nilai yang telah membentuk masyarakat Ternate hingga saat ini.
Dalam konteks globalisasi homogenisasi budaya, pelestarian naskah kuno menjadi salah satu strategi penting untuk memperkuat identitas lokal dan menjaga kontinuitas kultural. Naskah-naskah ini menawarkan perspektif alternatif dan sumber inspirasi yang berakar pada tradisi intelektual lokal, yang dapat memperkaya wacana kontemporer tentang berbagai isu sepertipluralisme, toleransi, spiritualitas, dan tata kelola pemerintahan.
Sebagai penutup, kami mengajak seluruh lapisan masyarakat Ternate untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian naskah kuno. Mari kita jaga dan lestarikan warisan budaya tertulis ini sebagai wujud tanggung jawab kita kepada generasi mendatang.
Tinggalkan Balasan