TERNATE-PM.com, Tim geologi Maluku Utara (Malut) yang tergabung dalam join riset Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), Universitas Muhammadiyah Malut, dan Universitas Sultan Khairun Ternate akan melakukan riset potensi pencairan tanah atau (likuifaksi) di seluruh wilayah Malut.
Riset yang direncanakan akan dilakukan pada Januari-April 2020 itu nantinya akan fokus pada bagaimana pergerakan tanah, akibat efek sekunder dari gempa bumi tektonik yang selama ini terjadi di Malut.
Kepada Posko Malut, Ketua Ikatan Ahli Geologi Maluku Utara,Andy Arif l, Minggu (29/12/2019) menjelaskan wilayah awal yang di teliti adalah Ibukota Malut, Sofifi dan seluruh wilayah di Malut. “Malut dan seluruh wilayah akan dikembangkan menjadi kota,” kata Arif.
Dia menyebut, wilayah Halmahera Barat dan Halmahera Selatan yang selalu mengalami gempa beberapa dekade terakhir ini, juga masuk dalam daftar join riset tersebut. Sebab dilihat dari susunan material wilayah tersebut adalah pasir dan lumpur yang tak stabil dapat berpotensi terjadi likuifaksi akibat gempa.
“Malut itu hampir semua Kabupaten/Kota berada di wilayah pesisir batuan penyusunannya itu tidak pesat, bahkan ada beberapa wilayah yang dibangun itu merupakan kawasan alih fungsi misalnya dahulu wilayah rawa yang ditimbun dan jadilah dataran yang kini berkembangan pembangunan,” ucapnya.
Ouput atau hasil penelitian itu, lanjut Arif nantinya akan menghasilkan rekomendasi atau peta zonasi pembangunan apakah wilayah tersebut bisa dipakai membangun atau tidak. Kalau pun bisa, standarisasi pembangunan menggunakan standar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). “Riset ini tanpa dukungan burget pemerintah artinya dilakukan secara mandiri hanya takaran kegelisaan dan takaran semangat meneliti. Kami membuktikan bila melakukan sesuatu yang besar tak harus menggunakan dana yang besar,” ujarnya.
Sementara, Kepala Stasiun BMKG Ternate, Kustoro Hariyatmoko mengatakan, join riset yang dibentuk tersebut melibatkan unsur BMKG karena focus pada study micromtreamor serta percepatan tanah dan grafity. BMKG juga memiliki alat khusus untuk digunakan dalam riset tersebut. “Riset harus dilakukan lebih rapat atau lebih lama agar mendapatkan akurasi data yang maksimal ini juga untuk kepentingan bahan perencanaan daerah atau letak-letak pembangunan,” tandasnya. (BeB/red)
Tinggalkan Balasan