Hubungan Antara Adab dan Ilmu

Azis Husen, Dosen Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Para ulama mengatakan "Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu dan dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu" bahkan Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlakul Karimah," (HR. Bukhari).  Begitu pentingnya akhlak dan adab hingga Allah Ta'ala menempatkanya sebagai hal yang paling utama. Sebab, kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi adab. Tidak semua orang berilmu itu berakhlak, begitu juga tidak semua orang adab pasti berilmu. Ilmu dan adab adalah dua entitas yang berbeda walaupun tetap memiliki hubungan yang sangat erat. Jika diibaratkan pada manusia, maka ilmu adalah laki-laki sementara akhlak adalah wanita. Ilmu adalah bapak dan adab ibunya.

Sementara orang beranggapan bahwa orang yang kaya ilmu maka secara otomatis perilaku atau akhlaknya semakin baik. Anggapan tersebut mendasarkan pada keyakinan bahwa ilmu selalu berpengaruh pada perilaku seseorang. Orang pintar sekaligus akan berperilaku baik dan sebaliknya, orang miskin ilmu pengetahuan selalu berperilaku tidak baik. Namun pada kenyataannya, tidaklah selalu demikian itu. Orang kaya ilmu banyak yang melakukan penyimpangan, sementara itu orang yang ilmunya terbatas justru berperilaku sebaliknya.

Banyaknya ilmu yang dimiliki oleh seorang akan menjadi sia-sia jika tidak memiliki adab atau akhlak dalam dirinya. Ia akan kesulitan menemukan jalan yang semestinya, karena adab atau akhlak lah yang menjadi pembatas serta memberikan arahan bagaimana menyikapi ilmu tersebut. Jadi kualitas diri seseorang bukan dilihat dari seberapa banyak ilmu yang dimiliki, tetapi bagaimana adab dalam memanfaatkan ilmunya adab menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik hidup sendiri, keluarga, maupun sosial. Dengan adab, seorang muslim sejati akan menjadi mulia dihadapan sesama dalam mahluk sosial lainnya. Tak hanya itu, adab menjadi salah satu amal yang bisa ditanamkan kepada diri sendiri sebagai bekal pahala di akhirat kelak. Disebutkan dalam hadits, "Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat dari pada akhlak yang mulia". (HR.Tirmidzi).

Salah satu aspek penting yang mendapat perhatian utama dalam Islam adalah adab atau akhlak. Islam memang memuliakan orang-orang yang berilmu, bahkan mewajibkan semua penganut Ajaran Islam untuk menuntut ilmu seperti disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Majah; “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap Muslim (baik perempuan maupun laki-laki),” namun Islam juga mensyaratkan akhlak untuk kesempurnaan ilmu. Begitu pentingnya adab dalam Islam hingga Nabi Muhammad SAW menyebut dirinya diutus Allah bukan untuk tujuan lain selain untuk menyempurnakan Adab atau akhlak. Dengan begitu, adab seharusnya tetap digunakan sebagai pijakan utama bagi setiap Muslim dalam melakukan berbagai hal, baik yang terkait dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.

Dilihat dari fungsinya, adab adalah pembeda untuk pintar dan benar. Orang yang berilmu tentulah pintar, namun jika tidak melengkapi dirinya dengan adab atau ahlak, maka tak ada jaminan kepintaran yang dimilikinya mampu mengantarkan pada kebenaran. Sekalipun orang tersebut mengaku sebagai ulama, namun jika akhlak yang ditampilkan tercela, maka tak ada kebenaran yang bersemayam di setiap wejangan yang disampaikan. Adab juga berfungsi sebagai benteng yang melindungi orang berilmu dari berbagai macam godaan. Sebab, orang berilmu tak akan pernah lepas dari godaan. Salah satu yang paling sering menghantui adalah kesombongan. Orang yang berilmu cenderung mengira dirinya sudah tahu segala, merasa kebenaran hanyalah apa yang keluar dari mulutnya. Tanpa adab, orang berilmu hanya akan menjadi hantu. Yang berarti tak jelas wujud dan manfaatnya.  Padahal adab itu sangatlah sederhana, berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang dapat menyakitinya (baik fisik maupun hati) dan menahan diri ketika disakiti.  Oleh Karena itu selalu lengkapi diri kita dengan adab atau akhlak, sebab hanya dengan cara itu, ilmu yang kita miliki dapat memberi kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain.  Jadikan pula adab sebagai ukuran dalam menilai keilmuan seseorang, jangan sampai kita terperosok dalam lubang kelam akibat salah memilih ada satu pantun yang berbunyi. Jika ilmu adalah cahaya, maka akhlaklah penyempurnaannya.

Bahwa orang yang berilmu tanpa menyempurnakan akhlaknya adalah suatu hal yang percuma. Dengan akhlak yang tidak baik ilmu kita tidak akan bermanfaat bagi orang lain. Kita hanya akan mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Padahal Allah SWT sangat membenci manusia yang memiliki sifat yang takabur atau sombong karena memiliki ilmu. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam yang berakal hendaknya kita menyempurnakan adab kita agar ilmu yang kita punya tidak sia-sia dan bermanfaat bagi orang lain. Tidak masalah apabila ilmu kita masih dangkal tapi akhlak kita baik, Insya Allah, kita akan selalu dilindungi oleh Allah SWT dari segala macam fitnah dan hal-hal yang tidak bermafaat. Wallohu a’lam bisshowab.[]

Komentar

Loading...