Terkait Kasus Gantung Diri Algufran (Alm)

Algufran (Alm) Suda Beberapa Kali Berupaya Bunuh Diri

TERNATE-PM.com,  Pasca meninggalnya salah satu siswa Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) Negeri 2 Kota Ternate, meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi pihak keluarga yang ditinggalkan serta menjadi catatan baru di lingkungan pendidikan khususnya SMK N 2 Ternate.

Saat dikonfirmasi poskomalut.com , Kamaludin Ahmad selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Ternate Rabu, (04/12/2019) mengatakan kejadian tersebut disebabkan bukan karena masalah korban di sekolah seperti dugaan yang tersebar di masyarakat umum. ” Jangan sampai orang salah menerjemahkan soal keuangan siswa di sekolah karena Kami juga punya kesepakatan dan kompenisasi bersama orang tua murid di sekolah. Sekolah juga punya kesepakatan dimana bagi yang tidak mampu juga gratis dengan mamasukan persyaratan yang ada. Saya juga sudah sampaikan waktu di lokasi kalau siswa ini tidak mempunyai masalah karena ada kebijakan dari kepala sekolah dan undang-undang juga mengiakan kebijakan tersebut”, ungkapnya.

Selain itu Dirinya juga menambahkan terkait dengan proses belajar yang diikuti oleh Algufran (Alm) selama ini memiliki catatan kehadiran serta memiliki kinerja yang baik saat melakukan praktek diruangan. ” Setelah saya konfirmasi dengan guru-guru disekolah untuk  KBM dia aman-aman saja, orangnya juga sedikit tertutup dan diam-diam saja padahal orangnya bagus. Jadi sekali lagi saya tegaskan, jangan kaitkan dengan biaya sekolah seperti uang komite karena kami punya kesepakatan dengan orang tua bila tidak mampu juga akan kami akomodir,” terangnya.

Pasca kejadian tersebut, Kepala Sekolah juga mengajak siswa-siswinya beserta guru untuk saling bahu-membahu dengan memberikan santunan kepada pihak keluarga yang telah ditinggalkan. Dirinya juga menghimbau kepada seluruh siswanya agar setiap masalah yang dialami mereka agar segera dikomunikasikan bersama wali kelas maupun guru bimbingan. ” Santunan yang kami berikan juga sudah menjadi rutinitas untuk membangun rasa empati ketika ada siswa maupun guru yang mengalami musibah,  Saya atas nama Keluarga besar SMK N 2 Kota Ternate sangat berduka. Kepada semua siswa apabila ada masalah agar dikomunikasikan saja biar dicari jalan keluarnya bersama. Musibah ini khusunya kepada siswa ini kan usia dorang ini juga memasuki masa rentan dimana  kadangkala ada depresi ada tekanan lain marilah torang terbuka torang cari solusi jangan ambil jalan pintas,” harapnya.

Keterangan yang didapatkan poskomalut.com dari salah satu teman akrabnya TT (16) mengatakan, dirinya dan korban sebelum pulang sekolah sempat sama-sama bermain di depan kelas namun perilaku korban tidak seperti biasanya lagi, bahkan dari awal mengikuti apel sebelum masuk kelas. “Torang bermain sama-sama habis itu dia ke kantin makan dan balik lagi, torang lanjut bermain tapi dia babadiam saja. Biasanya kalau torang bacarita itu dia aju-aju deng gara torang lagi, tapi kemarin itu so tarada, kalau saya dengar dari dia tamang-tamang di Tabam katanya habis itu ngoni makan nasi kuning gratis. Dan dia memang so niat bunuh diri tarus tapi dia pe kaka kasih gagal, yang terakhir ini memang dia sudah niat sekali,” ungkapnya dengan penuh kesedihan.

Kaka korban M. Firjan Mansur saat di konfirmasi poskomalut.com tidak memberikan banyak komentar karena menurutnya masalah ini telah ditangani oleh pihak Kepolisian. ” Korban sebelumnya ada bilang apa-apa tapi sudah dijelaskan kepada pihak Kepolisian jadi nanti tanyakan saja di mereka, karena ini juga memang real kejadiannya bunuh diri,” singkatnya.

Sementara Wali Kelas Korban,  Muhamad S.Pd ketika ditemui poskomalut.com ,  mengatakan pada umumnya perilaku Almarhum dengan siswa-siswi anak walinya semua sama dan normal-normal saja,  sehingga kalau dari masalah siswa dirinya mempunyai klasifikasi yang mendekati kategori mendekati berat itu ada sekitar tujuh Orang. ” Dari kategori tujuh orang itu dia tidak termasuk siswa yang punya kategori masalah yang mendekati berat, karna kalkulasi kita soal masalah yang tidak terlalu berat seperti bolos, jarang masuk itu saja,” ungkapnya.

Muhamad juga menambahkan, anak walinya ini tidak pernah menceritakan masalah yang sedang dialaminya terutama ketika dirumah maupun terkait proses pembelajaran dan praktek yang sering dilakukan. “Kalau urusan-urusan di dorang pe rumah dia tra pernah cerita, dia kesannya untuk pribadinya saja begitu saja tidak seperti siswa lainnya yang apabila ada masalah mereka langsung ceritakan kepada saya untuk sama-sama mencari solusinya. Kalau soal biaya tidak ada bahasa bahwa karena uang SPP atau uang sekolah belum dibayar dong tidak diikutkan ujian begitu tidak ada sama sekali. Kami juga tidak pernah menekan anak-anak seperti itu saja karena sudah ada kompensasi bersama orang tua sebelumnya”, sambungnya.

Kejadian yang begitu singkat menurutnya kalau dilihat kembali lagi kebelakang catatannya karena tertutup dan tidak terbuka seperti teman-teman lainnya. Selaku guru bimbingan konseling dirinya juga berharap agar tidak terulang kembali, setiap masalah yang ada agar secepatnya disampaikan kepada guru mau pun orang tua dirumah.  ” Masalah siswa ini sebenarnya banyak yang kami tangani dan ada jalan keluarnya, dengan itu saya selalu sampaikan masalah itu seberapa besar kecilnya jangan dilihat tapi disampaikan. besar kecilnya jangan dilihat tapi yah disampaikan seluruh masalahnya supaya tong cari solusi seperti apa, jika ada yang perlu dikomunikasi jadi sampaikan di guru atau orang tua  supaya tong cari solusi serta pemecahan masalah dengan cepat,” tutupnya. (Cr01-red)