Standing Position Sahabat Jasri Usman dalam Kontestasi Electoral di Kota Ternate 2020

Ilustrasi Standing Position

Oleh: Bahrudin Itajani

Sebelumnya saya, sudah menulis dengan mengurai secara singkat situasi
menuju tahun Politik 2020 di Kota Ternate. Terkait dengan tokoh kunci,
serta etnis yang menjadi pemain utama dalam gelanggang politik
electoral. Hal yang tak mungkin diabaikan untuk menganalisisnya, karena
ini akan manjadi sangat penting sebagai variable pokok dalam mendesain
strategi.

Dalam tulisan tersebut juga, saya memberi konteks pada satu figur
(Sabahat Jasri Usman) dengan latarbelakang etnis yang tidak terlalu
diperhitungkan dalam politik electoral di Kota Ternate. Mungkin karena
jumlah populasinya sedikit, Namun saya pribadi coba mengkonstruksi
kembali dengan memotret lebih dekat peluang figur tersebut.

Sebagai bangunan argumentasi logis, Politik electoral pastilah
dibangun dari banyak pendekatan. Diluar infrastruktur Penyelengara
Pemilu (KPU/Bawaslu), ada partai Politik yang telah diberi ruang oleh
undang-undang dalam mengusung atau mengajukan kader potensialnya
masing-masing, dan atau calon perseorangan. Tentu para kontestan harus
memenuhi sarat-sarat administrasi, yang oleh UU itu bersifat wajib.

Saya pribadi, melihat Jasri Usman dalam konteks Partai Politik dengan
modal 4 Kursi di DPRD Kota Ternate. Tentu ini bukan masalah lagi, toh
dia Ketua Partainya di tingakatan Wilayah. Pertanyaan apakah dalam
politik electoral itu cukup?

Ini yang harus menjadi pembahasan serius. Nah berkaitan dengan
itulah, saya akan mengurainya pada sub tema berikut, Karena politik
electoral memiliki standar yang umum, misalkan. : Popularitas,
ekseptabilitas, dan elektabilitas

Popularitas

Dalam politik electoral, semua harus dipertimbangkan secara matang.
Tidak cukup hanya memiliki modal dukungan Partai Politik, tetapi juga
harus memiliki popularitas, mengapa penting karena itu akan menjadi
ukuran paling standar sebagai modal social dalam Politik. Bicara
popularitas atau tingkat (keterterimaan) public terhadapa figur
tertentu, haruslah dibangun dari banyak sisi.

Bisa dimualai dari individu, komunitas kecil, dan bahkan lintas
batas. Makin banyak dikenal orang, akan makin popular dari sinilah kita
coba mulai membangun citra diri positif sebagai Politisi. Sejauh yang
saya pahami dan kenal, Sahabat Jasri Usman sebenarnya sudah melakukan
dengan baik dan karena itu ia cukup popular.

Bahwa kemudian, ada yang masih memandang sebelah mata atas fugur
Jasri Usman dalam konteks elektoral, hanya karena tidak didukung etnis
yang menjadi pamain utama dalam Pilkada Kota Ternate, Ini sebetulnya
menjadi asumsi yang masih mungkin kita perdebatkan.

Dalam sudut pandang saya, kepopuleran Jasri Usman semestinya tidak
diragukan lagi. Tetapi apakah kepopuleran itu akan simetris dengan
dukungan, tentu ini menjadi PR teman-teman di internal PKB, Dalam
melakukan konsolidasi, dan mapping kekuatan kedepan.

Ekseptabilitas

Sebagai Politisi senior Sahabat Jasri Usman, yang mungkin sudah
dikenal public Maluku Utara dan lebih khusus di Kota Ternate. Apakah
kepopuleran Sahabat Jasri ini akan liner dengan ekseptabilitas atau
tingkat keterterimaan public Kota Ternate dalam Politik electoral
mendatang.

Ini juga menjadi pertanyaan, Tinggal mengunakan cara ukurnya seperti
apa, Karena tidak semua politisi yang populer bisa diterima dengan baik,
Dalam pengertian akan didukung atau dipilih. Sebab alasan orang
mendukung dan atau memilih figur juga bermacam-macam motifnya.

Dalam Pilkada terkadang variable ekseptabilitas mengalami pengaburan
dengan berbagai sebab, dan aragumentasi yang beragam. Bisa saja karena
pragmatism yang makin menguat, atau masih cukup berpengarunya pola
patronase___.

Ekseptabilitas tidak lagi berdiri pada hubungan kausalitas lebih
masuk akal, padahal dalam soal keterterimaan figur atau politisi
tertentu itu harus dibangun atas dasar kualitas personal atau
kompetensinya. Tetapi karena telah mengalami pengaburan, ekseptabilitas
menjadi varialbel penting lainnya sebagai ukuran pada politik electoral.

Apa lagi kecendrungan politik kita yang hari ini mengalami
personalisasi, serta menguatnya pragmatism dan patronase. Belum lagi
adanya kecendruang yang mungkin saja berbeda lainnya. misalkan antara
Pileg dan Pilkada, sebenarnya memiliki perbedaan yang unik.

Figur atau Politisi tertentu, bisa saja diungulkan dalam Pileg tetapi
belum tentu dalam Pilkada. Tetapi sekali lagi, ini hanya pandangan
saya. Pada akhirnya tergantung cara dan taktik seperti apa baiknya untuk
dilakukan dalam hal demikian.

Elektabilitas

Terakhir dalam politik electoral, Elektabilitas menjadi kunci,
sekaligus menjadi ukuran keterpilihan figur atau politisi pada moment of
truth nanti. Kenapa itu penting juga dilihat, sebab Elektabilitas
adalah dependen Varaiabel. Dan sering kita dengarkan dalam metodelogi
survey untuk megukur serta memberi predictor pada kemungkinan tingkat
keterpilihan.

Kalau meminjam bahasanya Burhanudin Muhdati, Dir. Poltreking.
“Elektabilotas bukan sesuatu yang jatuh dari langit, akan tetapi menjadi
variable dependen atau variable terikat dengan variable bebas lainnya”.
Termasuk yang telah saya sebutkan diatas, dengan demikian elektabilitas
harus dilihat pada ada dua hal yang menjadi pokok.

Pertama : Personal branding, ini berkaitan dengan citra diri yang
melekat pada figur tertentu. Bisa dilihat positif atau sebaliknya, namun
dalam politik ini penting dibangun sebagai daya tarik personal. Sebab
politik electoral memiliki ruang segmentasi, hingga itu bisa kita
sesuaikan tidak hanya soal karakter akan tetapi bisa juga berbentuk
tagline.

Dan dalam banyak kasus politik hal seperti ini umumnya tidak terjadi
secara natural, tetapi harus by Design dengan pendekatan yang harus
rasional dan terukur, Agar personal branding itu menjadi semacam daya
pikat yang amat kuat untuk public.

Kedua : Rational choice atau pilihan rasional, artinya orang memilih
berdasarkan rekam jejak figur, atau calon bersangkutan. Disisi ini bagi
saya Jasri Usman penting dipertimbangkan, walaupun belum sempat memegang
jabatan public.

Akan tetapi dalam rekam jejak sebagai Politisi senior, Sahabat Jasri
Usman tidak pernah sekalipun tersandung masalah yang merugikan
kepentingan public, karena itu bisa dijadikan alternate pilihan.

Hanya sebagai pertimbangan, Saya pribadi pun tidak menafikan bahwa
ada figur lain yang mungkin juga baik di mata public Kota Ternate, namun
inilah pandangan saya atas sosok Sahabat Jasri Usman.[]

Komentar

Loading...