Oleh; SriWulan Sarekat
Heruk pekuk ruang kota, terdapat gang terkenal di kota itu. Terlihat wanita-wanita muda dengan paras cantik berpakaian setengah jadi. Tubuh yang indah, menampakan kemolekan. Rata-rata di antaranya masih berusia belasan tahun, mereka sangat mahir merayu dengan senyuman manja yang sensual itu. Lelaki yang melewati akan tertekun karena terpanah memandang mereka.
Kisah seorang gadis bernama Jamila, ia berasal dari pelosok Desa yang merantau ke kota untuk mencari pekerjaan demi menaikan martabat hidup keluarganya. Ini adalah satu faktor ekonomi penyebab yang mendorong Jamila beranjak bermigran ke Kota. Apabila sampai di Kota, ia bertekat menggantikan identitas, dari nama Jamila menjadi Erin. Berupaya menyembunyikan identitas-nya dari Desa, dan mulai hidup baru menjadi anak Kota. Dari keberaniannya itu timbul sebuah keinginan yang sejak kecil ia impikan, ingin menjadi seorang aktor terkenal, karena teropsesi dengan artis-artis yang ditayangkan di televisi, yang sering ia nonton.
Jamila tidak sendiri ke kota, ia bersama teman-teman diajak salah satu pria yang tak lama tinggal di Desanya dan juga baru saja ia kenal, pria itu bernama Erick, mereka memanggilnya Kang Erick. Ia berasal dari Kota, penampilan Erick sangat meyakinkan Jamila dan teman-temannya itu. Hingga mereka pun ingin sekali ke kota, karena mendengarkan sebuah cerita dari Erick mengenai pekerjaan di Kota.
Obsesi-nya itu membawa Jamila segera merubah diri-nya; mulai penampilan dan kebiasaannya dari Desa. Kelebihan dari Jamila, ia memiliki paras cantik, tubuhnya yang berbentuk seperti gitar spanyol, ditambah ia pandai merawat diri. Sungguh adalah aset yang sangat berharga. Hingga ia percaya diri bahwa nantinya ia akan diterima mengikuti casting berakting nanti.
Tiba di Kota, Jamila sudah dipanggil dengan nama Erin oleh Kang Erick dan teman-teman wanita lain, mereka diajak ke apartemen milik Kang Erick.
“Ayo, masuk, anggap saja apartemen sendiri” ajakan Kang Erick kepada mereka, sambil menambahkan “rihatlah badan kalian, aku keluar dulu ketemu atasanku, yang mau aku kenalkan ke kalian”. Mereka hanya tersenyum dan mengangguk-ngangguk kepada Erick. Erick melanjutkan perkataannya lagi “mandilah, dan berdandan secantik mungkin, sudah kusiapkan gaun kalian dilemari” Erick pun beranjak keluar meninggalkan segolombongan wanita yang di tampung di dalam Apertement mewahnya itu.
Dengan segera mereka laksanakan perintah Erick, kecuali Erin yang masih merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil memikirkan Aba dan Uminya yang ia tinggalkan. “Yah Tuhan, aku merindukan mereka” Lirih dalam hati. Sebelum memutuskan ke kota umi dan Aba tak merelakan Jamila pergi meninggalkan mereka. Namun Jamila tegas untuk pergi. Hingga mereka pun mengizinkan anak gadis satu-satunya pergi merantau. Di balik keadaan termenung ia dikagetkan dengan suara tawa terbahak-bahak, berasal dari balik pintu kamar mandi, lekas bangun dan beranjak menghampiri suara tawa di balik pintu. Ia menemukan Arista yang sedang asyik memainkan tombol air keran”Kamu sedang Apa Ris” tanya Erin dengan wajah kebingunan ” Yuk gabung denganku” sambil tertawa kecil melihat mimik wajah Erin yang kebingunan dengan tingkah si Arista. Erin tak mendekatinya, Arista menghampiri dan mencoba menarik kedua tangan Erin, mengajak Erin berbasah-basahan bersama.
Setelah 1 Jam bermain-main, mereka menyiapkan diri dengan berdandan. Erin tak kunjung mengenakan gaun yang tersusun rapi di lemari . Kata Erin, ia tak biasa memakai gaun seperti itu. Karena menurutnya sangatlah minim tak pantas dikenakan , Arista memanggil pelayan membantunya membujuk Erin “Erin, apa yang kau tunggu? Bentar lagi Kang Erick akan datang” Tanya Arista kepada Erin. Erin tergagap menjawab pertanyaan Arista. Akhirnya ia menerima untuk memakai gaun yang ada di dalam lemari. Arista membantu memilih baju untuk Erin.
Erin memakai gaun merah muda dengan belahan di sisi pahanya. Dua utas tali tipis di bahunya tak mampu menahan luapan sepasang daging yang indah di bagian dadanya. Bibir Erin dibuat merah mudah agar terlihat menggoda, pelayan kiriman Erick berhasil merubah Erin terlihat Waow. Selang waktu Kang Erick datang bersama segerombolan pria berkaos hitam, Kang Erick mempersilahkan teman-teman-nya untuk duduk. Ia segera kembali , pergi memanggil Erin dan teman-temannya di kamar.
Mereka keluar dan berdiri berbaris sejajar, menghadap ke arah para pria itu, salah satu pria berdiri mendekati Erin mencoba menyentuh rambutnya, perlawanan dilakukan Erin.”Jangan kurang ajar mas” Ketusnya. Sih pria itu tertawa melihat Erin yang ketakutan. ” Jangan belagu luu, kamu itu pelacur” pria itu dan sebagian teman-temannya menertawai Erin termaksud Kang Erick yang ia percayai selama ini , yang akan membawanya ke pintu kesuksesan. Erin menangis tersedu-sedu ditipu oleh Kang Erick, ia tak menyangka kang Erick seperti itu. Teman-teman Erin tak satupun melakukan perlawanan mereka pasrah apa yang dilakukan oleh Kang Erick. Tak lama percecokan di antara mereka terjadi banyak yang memilih Erin, pria berkaos hitam itu menyuruh teman-temannya menyerah dan menyuruh Kang Erick agar memberikan Erin ke padanya malam ini. Kang Erick pun mengiyakan.
***
Kejadian itulah beranjak sampai Erin dijuluki sebagai pelacur kelas atas di gang terkenal itu. Erin tak lagi memberanikan diri untuk pulang ke kampung halamannya, tak mampu menahan malu. banyak yang mengirah Erin sudah menghadap Tuhan. 4 tahun lamanya ia bertahan hidup di Kota dan tidak lagi bersama Kang Erick dan teman-teman lain. Yang jelas bukan keinginannya. Awal dari penipuan itu sampai akhirnya ia kenal Pria kota yang mengajaknya berkencan, hingga terjadi pembayaran. Namun Erin tak menikmati pekerjaanya, setiap melayani pria hidung belang, ia diharuskan memuaskan mereka tanpa ada balasan untuk memberikan kepuasan kepadanya. Hanya kesakitan yang dialaminya, karena ia terkadang diperlakukan kejih oleh pelanggangnya agar menuntaskan bilahi mereka. Dengan menggunakan alat menyondorkan ke selangkangan Erin untuk menambah gairah mereka.
Satu minggu kemudian ia mendengarkan kabar Arista meninggal karena penyakit Kanker rahim. Erin sangat berduka cita atas kabar yang ia terima, teman rantau yang selalu ada disampingnya itu.
Bagi Erin Kecantikan dan Kemolekan tubuh bukanlah anugrah melainkan malapeta. Yang setiap malam tangan-tangan liar berkeliaran di sekujur tubuh, menjilat, menggigit, manampar, menusuk bahkan menghantam sangat keras. Ia mencoba mengambil jalan lain tapi percuma, tak ada yang membelanya hingga ia diperkosa ketika ada perlawanan, dilecehkan di tempat umum dan disiksa. Tak heran wanita dipandang sebagai objek pesta sex. (*)
Tinggalkan Balasan