Visi Masa Depan Sang Capten Ali Ibrahim

Wali Kota Tidore Kepulauan, Capten Ali Ibrahim

Oleh : Ardiansyah Fauji Jubir Aman Jilid II

 "Kepemimpinan adalah membuat pilihan dan kemudian mengumpulkan tim disekitar pilihan tersebut." (Satya Nadella, CEO Microsoft)

Seorang pemimpin harus berani melakukan pertaruhan besar
abad ini, memasuki era revolusi industri 4.0, dimana batas-batas teritorial
sebuah negara telah lama runtuh, batas-batas wilayah tidak lagi signifikan
dalam pengertian politik ekonomi, hanya semacam yuridis administrasi semata,
karena selebihnya, globalisasi telah menyatukan dunia menjadi sebuah global
village. Pertaruhan yang saya maksud adalah usaha yang serius untuk membangun
budaya kerja dalam kepemimpinan, yang bukan sekadar mempertahankan jabatan
belaka tetapi mampu mengabungkan antara empati dan teknologi, sehingga bukan
surplus kuasa saja yang kita dapat, tetapi juga kita bisa nikmati
perasaan-perasaan humanis yang semakin langka di era disruptif kini.

Kira-kira pukul 9 malam, saya bertanya ke beliau, di periode
kedua apa yang paling penting untuk kita wujudkan di Tidore sebagai sebuah kota
kepulauan?

Ada dua hal serius yang mesti kita bicarakan, transformasi
startegi pembangunan sudah mesti disusun. Kita tidak hanya bicara roadmap (peta
jalan) kita perlu eksekusi dalam waktu cepat dengan tetap mempertimbangkan
kemampuan fiskal daerah.

Pelan-pelan kami mulai pembicaraan serius malam itu.

Hal pertama, dahulu, kota kecil Tidore adalah pusat dunia.
Ketika Juan Sebastian ElCano tiba di Tidore lalu menggelar karpet merah di atas
geladak kapal serta memberi komando penuh terhadap seluruh awak kapal Trinidad
dan Victoria untuk berbaris membentuk pagar betis lalu mencium tangan Sultan
Al-Manshoor sebagai bentuk penghormatan tertinggi mereka kepada kepala negara
sahabat. Dalam Jurnal yang ditulis oleh Pigafeta; Tiga jam sebelum terbenam
matahari pada 6 november 1521, Trinidad dan Victoria membuang sauk di pantai
Rum, Tidore. Dua hari kemudian mereka disambut hangat oleh kolano Tidore
Al-Manshoor, seorang sultan yang gagah bertampang Moor, berusia 55 tahun dengan
dua kora kora kehormatannya. Trinidad dan Victoria pun menyambut Al-Manshoor
dengan tembakan salvo penghormatan penuh dari seluruh meriam kapal yang ada.

Pertemuan lintas peradaban di masa itu, bukan hanya
mempercepat datangnya globalisasi di nusantara namun juga mengubah mindset
ummat manusia bahwa bumi itu bulat, bukan datar sebagaimana keyakinan awal
manusia. Ini peristiwa sejarah yang besar ucap Capten Ali Ibrahim kepada saya
malam itu. Kebetulan beliau juga merupakan wakil presiden Global Network
Maggelan Cities (GMNC) membawahi 20 negara 25 kota, mendampingi wakil walikota
Sevilla Evora Dos Santos sebagai presiden GMNC.

Di tahun 2021, perayaan 500 tahun ekspedisi terbesar yang
pernah terjadi di dunia akan dilangsungkan di kota Tidore Kepulauan (Sail
Tidore). Artinya ini bisa jadi momentum kebangkitan, baik secara ekonomi,
kultural budaya maupun politik.

Kota ini, sang Capten melanjutkan. Pernah jadi bandar
perdagangan dunia. Kota bisnis yang riuh di 500 tahun silam.

Mengutip sejarawan maritim Indonesia A.B Lapian, mengatakan
the silk road (jalur sutra) yang kita tau selama ini sebagai jalur perdagangan
paling maju kala itu sesungguhnya adalah the spices road (jalur rempah-rempah).
Sutra dipakai sebagai metafor dari kehalusan budi pekerti antar ummat manusia
dalam menjalin relasi peradaban antar bangsa-bangsa. Dalam banyak catatan
sejarah yang sahih, terjalinnya peradaban bangsa-bangsa masa lalu, diawali
melalui perdagangan rempah-rempah Maluku dari Tidore dan Ternate.

Jika saja sejarah tak ternilai harganya ini bisa kita
kelolah dengan baik, bukan hanya Tidore dan Maluku Utara yang akan menikmati
manfaatnya tetapi juga Indonesia.

Percakapan dengan wakil presiden GMNC mengingatkan saya pada
buku yang ditulis oleh Kanda Saiful Bahri Ruray, 'Merambah Episentrum Baru'
sebuah Ontologi dari Negeri Rempah. Tentang bagaimana sebuah negara sanggup
mengelolah masa lalunya menjadi kekuatan kesejateraan rakyatnya.

Negara tersebut adalah Spanyol, negara dengan penduduk 46
juta jiwa itu, setiap tahun dikunjungi 75 juta wisatawan asing pada tahun 2017.
Lalu apa yang menjadi daya tarik dan nilai jualnya? Spanyol mampu menjual masa
lalunya dengan baik. Warisan peradaban era kebesaran Dinasti Umayyah selama
tujuh abad, berupa monumen-monumen di Andalusia, Masjid Cordoba, Menara Giralda
di Sevilla, dengan istana Alhambra di Granada, benteng Alcazaba di Malaga dan
lainnya. Monumen-monumen masa lalu itu ternyata dipelihara dan dikemas dengan
sangat baik sehingga menjadi sumber kesejateraan bagi rakyat Spanyol hari ini.

Makna sejarah bukan hanya sebagai sebuah catatan usang atau
berupa memori kosong, sejarah hadir sebagai penanda asal muasal, sebagai
identitas dan entitas, selebihnya sejarah adalah guru bagi orang-orang yang
berpikir.

Itulah mengapa Sang Capten coba membumikan kembali tagline
'Tidore Jang Foloi' kata Tidore sangat Indah ini menjadi ruh dalam visi besar
nantinya. Dimana kearifan lokal dan kekuatan sejarah jadi episentrum untuk
mendorong kemajuan daerah. Tidore Jang Foloi adalah semacam pencarian jawaban yang
membawa Capt Ali Ibrahim dalam perjalanan intelektual dan perenungan untuk
menemukan sumbangsi yang lebih berarti bagi masyarakat. Bagi Sang Capten ini
gagasan besar yang akan membuat perubahan bila dieksekusi dengan
sunguh-sungguh.

Hal kedua, Maluku Utara khususnya Tidore Kepulauan di era
post truth adalah sebuah ruang makna yang mesti direkontruksi ulang agar tak
kehilangan jati dirinya, lost of existensi. Disisi ini kita butuh upaya yang
cukup keras, pendidikan karakter adalah salah satu jawabannya. Sang Capten dan
barangkali kita semua percaya, tanpa pendidikan seluruh formulasi pembangunan
akan menemui kegagalan, tanpa pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkelanjutan dan kompherensif, pembangunan hanya akan hadir sebagai tragedi
kemanusiaan. Kita sudah cukup lama percaya dan terbukti tak memberikan hasil
positif bagi kemajuan daerah pada pola eksploitasi sumber daya alam (SDM) lewat
investasi yang miskin human capital dan social capital. Setiap hari kesehatan
ekologi kita direnggut paksa, kita bukan hanya terpinggirkan secara ekonomi
hari ini saja, esok hari anak cucu kita akan kehilangan tanah sebagai penanda
kedaulatan seorang pribumi.

Kemajuan suatu bangsa dewasa ini tidak lagi ditentukan oleh
luasnya teritorial, namun dihitung melalui kualitas human resources based-nya.
Karenanya SDM lokal mesti kita siapkan sedini mungkin, kualitas dunia
pendidikan harus dibangun dengan serius oleh seluruh para pengambil kebijakan,
baik di level kota, provinsi maupun level nasional. Tanpa investasi pendidikan
berkelanjutan, tanpa charakter building yang kuat semua narasi pembangunan
adalah nonsense! Dunia pendidikan kita sudah harus bersiap memasuki era
revolusi industri 4.0 dan 5.0 dengan ideologi ekonomi pasar yang demikian
kuatnya.

Sebelum menutup. Soal model kepemimpinan, saya adalah
seorang pengagum Satya Nadella, CEO Microsof pengganti dan generasi penerus
Bill Gates. Hit Refresh yang Satya tulis, jadi buku pegangan kemana saja saya
pergi. Terakhir saya membawa buku setebal 358 halaman itu dalam perjalanan ke
Halmahera Timur.

Apa yang istimewa dari seorang imigran dari Hyderabad, India
ini? Satya mampu mengembangkan teknik komunikasi, meskipun teknik ini sering
dicemooh di dunia politik perusahan yang kejam, tapi justru efektif dan
terbukti penting dalam peningkatan kinerja di pasar yang bergerak serba cepat.
Ia juga mampu menguraikan kepemimpinan empatik yang ia harapkan akan memicu
sebuah renaissance. Selain itu ia sanggup membangun budaya terbuka yang baru
untuk memberdayakan setiap karyawan agar bertindak atas hasrat mereka (bebas
tekanan). Satya berhasil membangun lingkungan kerja yang inklusif sehingga
dapat menerabas seluruh penghalang inovasi, lebih sehat dan kreatif.

Karl Marx, Sanskerta dan Kriket telah banyak mengubah
pandangan Satya Nadella sebagai pemimpin. Di bawah kepemimpinannya, Microsoft
tidak hanya hadir sebagai perusahan teknologi besar dunia yang sekadar mengejar
profit, transformasi tersukses Satya adalah mengabungkan teknologi dan misi
kemanusiaan untuk mengubah dunia.

"Kita harus optimis pada masa depan. Dunia sedang
menuju ke arah yang lebih baik, dan kemajuan berjalan lebih cepat daripada
sebelumnya."

(Hit Refresh).

Selamat bekerja dan berjuang Sang Capten, semoga amanah.

Komentar

Loading...