TERNATE-pm.com, No Leprosy Remain(NLR) Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Keluarga Disabilitas Makugawene (IKDM) Kota Ternate dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, menggelar Focus Group Discussion (FGD).

FGD dengan tema “Kajian Dampak Perubahan Iklim terhadap Anak dan Remaja dengan Disabilitas, termasuk yang Mengalami Kusta” berlangsung di Aula Kantor Walikota Ternate, Kamis (6/2/2025).

Perwakilan 15 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta LSM yang memiliki keterkaitan dengan isu perubahan iklim, anak dan remaja, disabilitas, serta kusta juga ambil bagian pada FGD tersebut.

FGD tersebut merupakan bagian dari riset komprehensif yang dilakukan NLR Indonesia untuk mengkaji bagaimana dampak perubahan iklim mempengaruhi kehidupan kelompok rentan, khususnya anak-anak dan remaja penyandang disabilitas, termasuk mereka yang mengalami kusta.

Penelitian ini dilakukan secara detail dan menyeluruh, dimulai dari studi literatur berbagai dokumen modalitas, dilanjutkan dengan survei kepada anak dan remaja dengan disabilitas termasuk mengalami kusta. Juga wawancara dengan para pemangku kepentingan, pelaksanaan FGD, hingga observasi lapangan di wilayah terdampak.

Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman dalam sambutanya menekankan pentingnya kolaborasi antar pihak dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Wali kota mengatakan “Pemerintah Kota Ternate berkomitmen untuk mewujudkan kota yang inklusif dan berketahanan iklim. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk organisasi masyarakat sipil dan akademisi, sangat penting dalam memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan benar-benar responsif terhadap kebutuhan semua kelompok masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dengan disabilitas dan mengalami kusta.”

Sementara, Risal Assor, Ketua IKDM Kota Ternate, turut menyampaikan apresiasi atas inisiatif ini.

“Kami sangat senang dengan adanya kolaborasi ini. Ini menunjukkan bahwa suara dan kebutuhan penyandang disabilitas mulai diperhatikan dan diintegrasikan dalam kebijakan publik, khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang berdampak besar bagi kehidupan kami,” ujarnya.

Fahmi Arizal, Koordinator Anak dan Remaja Disabilitas NLR Indonesia, menegaskan komitmen mereka dalam mendukung kelompok rentan.

“NLR Indonesia tidak hanya fokus pada penanggulangan kusta, tetapi juga memperluas perhatian kami pada anak-anak dan remaja dengan disabilitas. Penelitian ini menjadi bukti nyata bahwa perubahan iklim harus dihadapi dengan pendekatan inklusif, memastikan tidak ada satu kelompok pun yang tertinggal dalam upaya mitigasi dan adaptasi,” ungkapnya.

Sebagai periset utama dalam penelitian ini, Ikrom Mustofa, yang juga merupakan Dosen Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia, memaparkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk memahami dampak spesifik perubahan iklim terhadap kelompok rentan, serta merumuskan strategi adaptasi dan mitigasi yang lebih inklusi.

“Isu anak, disabilitas, dan kusta adalah titik fokus dalam penelitian ini. Temuan dari riset ini diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan pemerintah daerah, sehingga mampu memperkuat ketahanan komunitas terhadap dampak perubahan iklim,” jelasnya.

FGD ini menjadi wadah untuk bertukar pandangan dan memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat sipil.

Diskusi yang berlangsung interaktif ini berhasil mengidentifikasi tantangan utama yang dihadapi anak-anak dan remaja dengan disabilitas di Kota Ternate, termasuk akses terhadap layanan dasar, pendidikan, serta perlindungan dari risiko bencana akibat perubahan iklim.

Penelitian ini merupakan bagian dari visi besar NLR Indonesia untuk memastikan bahwa setiap individu di Indonesia, terutama mereka yang mengalami kusta dan disabilitas, dapat menikmati hak-haknya dalam masyarakat yang inklusif, tanpa stigma dan diskriminasi.

Dengan menggunakan pendekatan Tiga Zero – Zero Transmission (Nihil Penularan), Zero Disability (Nihil Disabilitas), dan Zero Exclusion (Nihil Eksklusi) – NLR Indonesia terus berkomitmen untuk mendukung kelompok rentan, termasuk dalam konteks perubahan iklim.

Penelitian ini juga didukung penuh Pemerintah Kota Ternate, IKDM dan Universitas Islam Indonesia-Yogyakarta, menunjukkan bahwa kolaborasi multi-pihak adalah kunci dalam membangun kota yang inklusif dan berketahanan iklim.

Mag Fir
Editor