TERNATE-PM.com, Kemajuan budaya tidak hanya dengan upaya pelestarian kebudayaan, tapi juga bisa dengan memberdayakan sumber daya manusianya. Salah satunya lewat mengajarkan kesenian-kesenian dan budaya asli Ternate ( Adat seatorang ).
“Kalau ketahanan budaya kita kuat, generasi muda kita akan dengan sendirinya memperlihatkan sikap adat seatorang mereka. Maka, mari kita bawa kembali aksi kebudayaan lokal ke sekolah-sekolah kita,” ucap Akademis Wawan Ilyas, dalam dialog tanya jawab, malam Sabtu (23/11/2019), yang digelar Pusat Studi Mahasiswa Ternate (PUSMAT) dengan tema ‘pengaruh Kebijakan Pemkot Ternate dan kemunduran budaya Lokal,’.
Dialog tersebut menghadirkan narasumber AKBP Azhori Juanda (Kapolres Ternate), Rosita Alting,S.Ag,.M.Ag, (Ketua Muslimat NU ) dan Wawan Ilyas (Akademisi).
“Memajukan kebudayaan itu di atas pelestarian, karena sesungguhnya kebudayaan itu adalah investasi, pemberdayaan masyarakat dan akhirnya menghasilkan banyak keuntungan, baik secara ekonomi maupun sikap mental berbudaya berkelanjutan dari generasi muda bangsa,” tegasnya.
Wawan juga mengajak para kepala daerah (Pemkot) untuk mulai menguatkan pijakan kebudayaan bangsa melalui upaya ketahanan budaya yang saat ini diketahui semakin lemah.
Saat ini, strategi pembangunan kota Ternate tidak memperhatikan kondisi budaya lokal, salah satu contoh reklamasi pantai di depan keraton Ternate (dodoku ali) inikan akan menghapus nilai story dari tempat tersebut.
Sementara itu, Ketua muslimah NU Rosita Alting menyayangkan prostitusi online di Ternate. Menurutnya, prostitusi online merupakan masalah yang harus diberi perhatian penuh, yakni dengan cara membatasi budaya yang tidak baik masuk dalam keluarga, dan lingkungan masyarakat karena ini bertentangan dengan budaya’adat Seatoran. “Saya cukup tahu karena belum semua (daerah) menjadikan hal ini sebagai prioritas operasi yang kurang baik ini, tapi pencegahan lebih baik daripada mengobati penyakitnya,”tandasnya
Senada, AKBP Azhari Juanda mengatakan, seandainya adat istiadat diterapkan dengan baik maka perbuatan yang bertentangan dengan adat tidak akan dilakukan. “Kalau adat kita pegang teguh maka tidak ada perkelahian antara pemuda pemudi, maupun mahasiswa tidak akan minum minuman keras (cap tikus), kegiatan kaya gini akan minim terjadi malahan tidak akan terjadi kalau adat istiadat kita tahu, karena adat setorangsama dengan muatan Islam syariah,” pungkasnya. (Cr02/red)
Tinggalkan Balasan