Masyarakat Tidore Kecam, Sikap F-PKB DPRD Tolak Pembangunan Mesjid Raya
TIDORE-PM.com, Penolakan pembangunan mesjid raya kota Tidore oleh Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Gabungan (PKB-Hanura) DPRD Kota Tidore Kepulauan mendapat kecaman keras dari masyarakat Tidore, yang tergabung dalam forum jamaah Masjid Miftahul Jannah Kelurahan Indonesiana.
Melalui juru bicara forum jamah Masjid Miftahul Jannah Mansur A. Conoras kepada sejumlah wartawan akhir pekan kemarin menyampaikan mendengar sikap Fraksi PKB –Hanura dengan menolak pembangunan sarana ibadah berupa Masjid Raya melalui pandangan Fraksi dalam agenda paripurna APBD tahun 2020 di DPRD Tidore Jumat, (29/11/2019) pekan lalu merasa sangat terpukul. Sebab sebagai politisi seharusnya lebih mengutamakan kepentingan umum tetapi yang diperlihatkan PKB-Hanura malah sebaliknya.
Menurut Mansur, sikap Fraksi kedua Partai itu mempertontonkan kezoliman ummat atas penolakan pembangunan sarana ibadah. Karena baru pertama kali terjadi sarana ibadah ditolak mentah-mentah dengan alasan pembangunan masjid raya bukan kebutuhan mendesak. “Bagi kami ini merupakan sikap yang astagfirullah, Karena pembangunan sarana ibadah tidak boleh disamakan dengan pembangunan yang lain,” ungkapnya.
Olehnya itu , atas nama masyarakat Tidore mengutuk keras sikap Fraksi PKB – Hanura karena dianggap tidak beradab dalam memihak kepentingan umum, sehingga ia meminta kepada Pemerintah Daerah Kota Tikep dan DPRD Kota Tikep untuk kembali mempertimbangkan keinginan tak manusiawi para politisi yang hanya mengedepankan kepentingan politik partai semata. “Kita harus berkaca pada kepemimpinan Hein Namotemo, dan Namto Hui Roba, meskipun mereka beragama nasrani namun mereka membangun Masjid Raya yang begitu megah, sementara kita di Tidore yang dikenal sebagai kota santri malah menolak adanya pembangunan masjid Raya,” jelasnya.
Ditambahkan,
Imam Masjid Miftahul Jannah Kelurahan Indonesiana, Ridwan Ahmad, sikap
yang ditunjukan Fraksi PKB sangatlah tidak baik, Karena pembangunan masjid
menjadi sebuah sarana yang penting bagi ummat islam untuk mendapatkan
kenyamanan dalam beribadah sebagaimana sabda Rasulullah siapa yang
membangun masjid di dunia ini, maka allah akan membangun istana untuknya di
surga, bagaimana kita sebagai seorang muslim apalagi sebagai wakil rakyat
membangun masjid dan lebih mementingkan pembangunan patung yang sudah
menjadi wacana Pemerintah daerah kedepanya. “Mana sikap mereka sebagai seorang
muslim ketika hal ini menjadi tujuan bagi Tidore untuk menjadikan Icon Tidore
sebagai kota Santri, coba kita contohkan ternate yang berdekatan dengan Tidore,
meskipun mereka sudah punya banyak masjid namun mereka tetap membangun masjid
raya untuk dijadikan sebagai central ummat muslim beribadah,” tuturnya.
Senada , Ustad Agus Taufan, menyatakan pembangunan Masjid Raya di Kota Tidore Kepulauan ini bukan menjadi hal baru yang dirindukan oleh ummat islam di Tidore, karena jauh sebelum Tidore dikokohkan sebagai kota Santri kerinduan akan adanya Masjid Raya sudah ada, terbukti saat tidore masih bersatatus kabupaten Halmahera Tengah terdapat adanya fondasi Masjid raya yang berdekatan dengan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kota Tidore sebagai bukti konkrit masyarakat sebelum kita sudah merindukan adanya pembangunan Masjid Raya di tengah-tengah pusat kota sebagai Icon daerah. “Dengan adanya kemajuan tekhonologi dengan desaign kajian-kajian yang begitu ramai mewarnai media sosial maka masyarakat perlu mengkaji bagaimana islam yang benar dengan mengkonsepkan dari masjid kita bangkit seperti yang dilakukan oleh Yayasan Darul Mujtama di Masjid Miftahul Jannah dan yang hadir dalam kegiatan itu tidak hanya orang Tidore melainkan orang diluar Tidore,” paparnya.
Kemarin yayasan Darulsalam bekerjasama dengan pondok Pesantren menggelar kegiatan dengan mendatangkan Guru Besar Fikih dari Yaman bernama Dr. Arif Anwar Aladni Al Yamani, namun apa yang terjadi ternyata masjidnya tidak tampung, padahal guru besar banyak yang tertarik datang ke Tidore.
Olehnya itu hal ini perlu dibaca dan didukung dengan fasilitas yang memadai dalam hal ibadah, maka dari itu bagi kami sebagai tokoh agama Masjid Raya merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk kita membangun silaturrahim dengan mendatangkan guru-guru besar di Tidore yang mampu menampung banyak masyarakat. Olehnya itu jika ada yang mengatakan membangun masjid tidak terlalu penting bagi kami sangat penting. “Kami menghargai pendapat teman-teman di DPRD yang menilai itu belum penting, namun kami berharap pendapat kami juga bisa dihargai,”pungkas Ustad Agus Taufan .
Sementara itu , Wakil Ketua Fraksi PKB Riri Aisyah Do Taher ketika dikonfirmasi sejumlah wartawan membenarkan, Fraksi PKB yang tergabung dengan Hanura menolak pembangunan masjid raya, dengan alasan Tidore sudah banyak memiliki masjid, sehingga tidak perlu adanya Icon Masjid Raya, Melainkan ada hal lain yang perlu dijadikan Icon. Untuk itu masjid-masjid yang begitu banyak ada di Tidore perlu diperbagus. “Uang untuk dibuat masjid raya itu seharusnya diperuntukkan untuk memperbagus masjid-masjid yang sudah ada karena masjid di Tidore ini sudah banyak sehingga tidak terlalu boros anggaran,” singkatnya Via handphone. (mdm/red)
= = = =
Komentar