TERNATE-PM.com, Sebanyak 40 pengungsi asal Maluku Utara, dampak rusuh Wamena, yang mengungsi di Jayapura, memilih pulang kampung dengan kapal laut KM Sinabung, dari Pelabuhan Jayapura, Rabu (9/10/2019). Mereka memilih pulang kampung, karena trauma berat mengingat peristiwa rusuh di Wamena.

Salah satu warga Malut yang tinggal di Wamena, Salim Nuh, saat dikonfirmasi Posko Malut melalui telepon, Rabu (9/10) mengatakan, pada Rabu (9/10) kemarin sekitar 40 warga Malut yang domisili di Wamena sedang dalam perjalanan menuju Ternate, menggunakan kapal KM Sinabung. “Tadi saya (Salim Nuh, red) telepon mereka sudah naik kapal. Kemungkinan hari Sabtu, (12/10) lusa, mereka sudah tiba di Ternate,” katanya.

Menurut dia, rasa takut dan trauma masih sukar hilang dari para penyintas kerusuhan di Wamena yang terjadi pada, Senin (23/9/2019) lalu. Dari 273 jiwa warga Malut yang terkena dampak kerusuhan di Wamena, sebagian memilih tetap bertahan, ada pula yang memilih kembali ke Ternate. “Jumlah pastinya saya tidak begitu tahu, karena mereka semua berpencar, namun informasi dari saudara-saudara asal Maluku Utara yang ada di Pelabuhan Jayapura diperkirakan 40 orang yang memilih kembali ke Ternate,” katanya.

Sementara total jumlah pengungsi di delapan pelabuhan yang disinggahi kurang lebih 4.000 jiwa. “Kapal Sinabung ini rutenya, dari pelabuhan Jayapura, Biak, Manokwari, Sorong, Ternate, Bitung, Bau-Bau, Makassar, dan Jakarta, dan di setiap pelabuhan akan ada pengungsi asal wamena yang turun. Karena berdasarkan informasi kurang lebih 4.000 pengungsi yang menumpangi kapal tersebut,” katanya.

Sedangkan untuk pengungsian asal Malut yang berangkat ke Ternate hari ini (kemarin, red), semuanya naik dari Pelabuhan Jayapura. Salim mengaku, para pengungsi tak sedikit yang memohon diangkut pulang ke daerah masing-masing.

Ia berharap, setibanya pengungsi asal Malut di Ternate, pemerintah dan aktivis kemanusiaan dapat menjemput mereka. “Kalau bisa, sediakan makanan dan minuman. Saya yakin saudara-saudara yang kembali ke Ternate dalam keadaan yang pilu,” katanya.

Selain itu, ia juga meminta kepada pemerintah agar memberikan pendampingan hingga ke rumah korban pengungsi. “Mestinya harus ada treatment, semacam terapi agar mereka (korban pengungsi) tidak lagi dalam suasana trauma,” pungkasnya. (yun/red)

Artikel ini sudah diterbitkan di SKH Posko Malut, edisi Kamis  10 Oktober 2019, dengan judul ‘40 Pengungsi Wamena Menuju Ternate