“Hapus keraguan dan mantera ketidakkemungkinan, kita ambil hak untuk melanjutkan sekolah pada negara, dan kembali untuk membangun daerah dan negara kita tercinta” Rosydan Arby


Penulis, Vhir: Jurnalis poskomalut

Kabar mengejutkan itu menghampiriku, Rosyidan Arby, senior sekaligus kawan diskusi ku, dinyatakan lulus sebagai calon penerima beasiswa studi ke luar negeri.

Saya tak kuasa sembunyikan rasa gembira penuh bahagia. Juga lengah menahan jemari menulis kata-kata inspiratif di media sosial pribadi ku tentang Rosyidan yang mendapat kesempatan luar biasa itu.

Pada beberapa kesempatan, saya dan Rosyidan meluangkan waktu ngopi bareng di warung kopi kecil, di jiku (sudut) Kota Ternate. Saya menikmati gagasannya begitu gurih, kagum dengan pemikirannya yang progresif ihwal Maluku Utara 10-20 tahun ke depan. Baginya, pendidikan adalah manivestasi paling mewah bagi anak-anak muda Maluku Utara dalam menentukan nasib daerah: “Tergerus atau menjadi bagian dari penentu kebijakan”.

Rosy—sapaan akrab Rosyidan mengikuti berbagai tahapan seleksi ketat sejak Februari 2023 sampai 8 Juni 2023 dinyatakan lulus sebagai calon penerima beasiswa. Kemudian, di tahun itu juga, ia bergelut dengan program pengayaan bahasa LPDP di salah satu universitas prestisius di Indonesia, Universitas Indonesia.

Pada Januari 2024, lelaki tulen dari negeri Kayoa, Halmahera Selatan, itu diterima sebagai calon mahasiswa doktoral di University of Alabama, Amerika Serikat. Agustus 2024, penggemar musik tradisional (togal) ini hijrah ke negeri berjuluk Paman Sam,melanjutkan study doktoral Urban Planning, di bawah naungan Geography.

Rosy yang berkulit sawo matang itu bukan dari keluarga bergelimang harta. Kedua orangtuanya, alm Arby Samad, dan Dalifa Hasan, hanyalah guru.  Rasanya tidak mungkin bagi anak ke empat dari empat bersaudara itu bisa mendapat kesempatan menjadi mahasiswa di Amerika Serikat. Tetapi, Rosy yang dididik tentang betapa pentingnya pendidikan dan tekad yang bulat untuk melanjutkan study S3 di luar Indonesia, bukanlah tidak mungkin mewujudkannya.

Ia dibesarkan di Kota Ternate 34 tahun lalu. Menempuh studi S1 Arsitek di Universitas Islam Indonesia, dan magister Perencanaan Kota di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setelah meraih gelar magister, Rosy kembali ke Ternate. Di Kota ini ia mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Maritim Indonesia (STIMI), tenaga ahli Komusi III DPRD periode 2018-2020, dan tenaga ahli Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman, 2021-2024.

Saya masih ingat betul tiga hari jelang keberangkatannya dari Ternate melawati Selat Bering untuk tiba di Amerika Serikat, kami sempat bersua di Sasa Puncak (Saspun). Malam itu cuaca begitu dingin, togal—musik kesukaan pencinta cemilan khas Makian (Halua Kenari) itu mengiringi diskusi ringan kami.

Rosy memulai percakapan dengan eunoia penuh motivasi, “Ingin mengajak semua anak-anak muda Maluku Utara, agar tidak takut akan bermimpi. Apalagi dalam persaingan untuk merebut pendidikan yang lebih tinggi khususnya di luar negeri”.

“Jika kita takut hanya karena bahasa Inggris kita kurang bagus, kita masih bisa berusaha untuk belajar, itu bukan menjadi penghalang, karena bahasa itu hanya soal kebiasaan”.

Menurut Rosy, selama niat suci untuk belajar dan kembali untuk membangun daerah, yang tidak mungkin, pasti bisa ditaklukkan. Ia mengutip surah Al-Insyirah Ayat 5-6, bahwa Allah SWT telah menjanjikan pada setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan Allah mengulangnya dua kali.

“Jadi hapus keraguan ketidakmungkinan itu,” tutur Rosy sembari melempar senyum tipis.

Malam itu menjadi kesempatan terbaik saya untuk mengulik lebih jauh bagaimana anak-anak muda Indonesia diberi kesempatan oleh negara menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Ia menyebut beasiswa di Indonesia cukup tersedia, sayangnya informasi tentang hal itu masih sangat terbatas. Dia berharap informasi ini sampai ke pelosok-pelosok Maluku Utara, tak hanya di Ternate. Walaupum ada komunitas Mata Garuda Maluku Utara, Rosy siap untuk berbagi informasi.

Menurut dia, penerimaan beasiswa khususnya LPDP di Maluku Utara, khusus jalur Afirmasi sangatlah rendah peminat. Yang mendaftar maupun dinyatakan mendapatkan beasiswa. Padahal orang-orang muda Maluku Utara punya kemampuan dan kualitas sumber daya manusia yang mempuni. Tapi, selama ini provinsi di wilayah Timur lain seperti Maluku, NTT masih terkemuka mendapatkan kesempatan beasiswa dalam negeri maupun luar negeri.

Rosy selalu mengungkit harapannya. “Berharap kita tetap punya kesempatan besar untuk bisa mengambil studi di luar negeri maupun di dalam negeri. Dana Abadi LPDP di bawah Kementerian Keungan itu akan selalu tersedia sampai kapan pun”.

Laki-laki blasteran Samsuma-Orimakurunga menutup percakapan kami dengan kata-kata yang menurut saya akan selalu menjadi ikhtiar, sekaligus tamparan karena kita terlalu sering terlena dengan kenyamanan. “Hapus keraguan dan mantera ketidakkemungkinan, kita ambil hak untuk melanjutkan sekolah pada negara, dan kembali untuk membangun daerah dan negara kita tercinta”.

Di akhir tulisan ini, saya hanya menitip harapan dan do’a. Teruslah berjalan, patahkan semua keraguan. Sejarahmu telah kau tuliskan, kembali dan sempurnakan dengan pengabdianmu kepada daerah, bangsa dan negera.[]