TERNATE-PM.com, Hingga Minggu (17/11/2019), Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) pusat mencatat telah terjadi 266 kali gempa susulan atau (aftershocks) di laut Maluku dengan berbagai variasi magnitudo dan kedalaman pasca gempa magnitudo 7,1 Skala Ricter (SR).
Kapala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triono dalam rilisnya, Sabtu (16/11/2019) menyebutkan,gempa susulan yang terjadi di laut Maluku dengan magnitudo paling besar berkekuatan 5 SR dan terkecil magnitudo 2,7 SR . Gempa susulan dengan guncangan dirasakan terjadi sebanyak 10 kali. Gempa laut Maluku,kata Rahmat, memiliki tipe diawali gempa pendahuluan (foreshocks), kemudian terjadi gempa utama (main shock). Selanjutnya diikuti oleh serangkaian aktivitas gempa susulan (after shock) sebelum terjadi gempa utama magnitudo 7,1 pada 14 November 2019 pukul 01.17 WIT. “Di sekitar lokasi episenter gempa utama telah terjadi 2 kali aktivitas gempa pada 12 November 2011 pukul 15.11 WIB dengan magnitudo 4,4 SR dan pada 13 November 2019 pukul 18.18 WIB dengan magnitudo 3,4 SR. Aktivitas dua gempa ini diyakini sebagai gempa pendahuluan dari gempa laut Maluku,” ujarnya.
Sebelumnya pada petang hari 14 November 2019 pukul 17.21 wilayah Bali Utara juga diguncang gempa magnitudo 5,0 SR. Gempa yang sempat membuat panik masyarakat Bali ini juga diikuti oleh serangkaian gempa susulan. Update hingga Sabtu 16 November 2019 pukul 18.00 WIB telah tercatat sebanyak 100 kali gempa susulan. Seperti halnya gempa laut Maluku, gempa Bali ini juga didahului oleh gempa pendahuluan pada pukul 17.09 WIB dengan magnitudo 4,4 dan pukul 17.10 WIB dengan magnitudo 4,6 SR.
Selain itu, jauh hari sebelumnya, Ambon dan sekitarnya juga diguncang gempa magnitufo 6,5 SR pada 26 September 2019. Gempa ini sangat destruktif dan menimbulkan korban jiwa. Menariknya, hingga hari ini 16 November 2019 pukul 18.00 WIB, BMKG masih mencatat aktivitas gempa susulan hingga sebanyak 2.345 kali dengan magnitudo terbesar magnitudo 5,6 SR dan terkecil magnitude 1.0 SR. Adapun gempa susulan yang guncangannya dirasakan terjadi sebanyak 269 kali. ” Gempa Ambon juga didahului oleh serangkaian gempa pendahuluan. Sebelum terjadi gempa utama, BMKG mencatat rentetan gempa pendahuluan dengan magnitudo antara 1,5 – 3,5 sebanyak 30 kali sejak 28 Agustus 2019,” ujarnya.
Dari rangkaian gempa di tiga daerah tersebut BMKG menyimpulkan memiliki tipe yang sama, yaitu sama-sama didahului oleh serangkaian gempa pendahuluan. Akan tetapi memiliki perbedaan dalam hal sumber gempa dan mekanisme sumbernya. “Gempa laut Maluku dipicu oleh adanya deformasi batuan dalam lempeng laut Maluku. Gempa Bali dibangkitkan oleh sumber gempa Sesar naik di Utara Bali, dan gempa Ambon terjadi akibat aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan sebelumnya,” ujarnya. Selain berbeda dalam sumber gempa, ketiga gempa tersebut juga berbeda dalam mekanisme sumbernya. Gempa laut Maluku memiliki mekanisme sumber sesar naik (thrust fault), Gempa Utara Bali memiliki mekanisme sumber kombinasi pergerakan dalam arah mendatar dan naik (oblique thrust), dan Gempa Ambon memiliki mekanisme sesar geser (strike slip). (VaN/red)
Tinggalkan Balasan