Kementan Lepas Selaput Biji Pala Maluku Utara ke India

Ekspor perdana selaput biji Pala ke India

TERNATE-PM.com,  Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina
Pertanian (Barantan), akhirnya melepas ekspor 5 ton komoditas selaput biji pala
senilai Rp. 1,3 miliar untuk pertama kali ke India. Dengan pertimbangan biaya
dan transportasi ekspor selaput biji pala ( Myrisyica fragrans ) atau yang
dikenal dengan nama fully masih melalui Surabaya.

Ali Jamil, Kepala Barantan
yang menyaksikan ekspor perdana tersebut mengapresiasi kinerja semua instansi.
Pasalnya selama ini ekspor komoditas potensial dari Ternate masih memiliki
berbagai hambatan. "Alhamdulillah, ini membuktikan kita bisa, meski upaya
yang kita lakukan harus bersama-sama atau sinergi dan butuh tenaga
ekstra," katanya di area Pelabuhan Ahmad Yani, Kota Ternate, Jumat (13/9/2019).

Sebelum di ekspor, petugas karantina melakukan pemeriksaan dokumen dan fisik, untuk memastikan keamanan komoditas tersebut dari hama penyakit. Sesuai persyaratan negara tujuan, produk selaput biji pala tersebut juga diberikan perlakuan berupa fumigasi menggunakan metil bromida dosis 48 g/m3 selama 24 jam.

"Setelah kita pastikan semua aman, sehat tidak ada hama penyakit sesuai persyaratan sanitary dan phytosanitary dari negara tujuan barulah kita keluarkan sertifikat phytosanitarynya sebagai jaminan dari Indonesia," ungkap Jamil.

Menurutnya, upaya ekspor
berbagai komoditas pertanian dari Ternate dan Maluku Utara harus diupayakan
bersama. Berdasarkan data otomasi Barantan melalui IQFAST, terdapat setidaknya
ada lima komoditas unggulan dari Maluku Utara seperti kopra, cengkeh, pala
biji, kakao biji dan fuli atau selaput biji pala.

Kegiatan yang dipelopori
oleh empat instansi sekaligus, yakni Bea dan Cukai Ternate, Balai Karantina
Pertanian Kelas II Ternate, PT. Pelindo IV dan KSOP Kelas II Ternate juga
menampilkan berbagai komoditas potensial ekspor dari Ternate.

Berbagai komoditas unggulan
masih dikirim secara lokal ke Surabaya, Bitung dan Manado untuk kemudian bisa
diolah dan diekspor. Jumlah total pengiriman fully ke luar daerah pada 2018
sebanyak 214 ton, sedangkan komoditas lainnya berupa kopra 72,5 ribu ton, pala
biji sebanyak 2,7 ribu ton, cengkih r 2 ribu ton dan kakao biji  969 ton.

Kandungan fully sendiri
belum banyak yang meneliti. Di negara tujuan, fully digunakan sebagai bahan
baku pembuatan kosmetik dan obat-obatan.

Ekspor dari Ternate memang
menemui berbagai kendala. Misalnya, komoditas kopra  pernah berjalan hingga 2016, setalah itu
hanya dilalulintaskan secara domestik ke wilayah lain seperti Surabaya, Manado
dan Bitung.

Sementara itu, Plt Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate drh. Ida Bagus Hary Soma Wijaya mengatakan, untuk mengatasi berbagai kendala, seperti minimnya investor, keterbatasan infrastruktur dan tataniaga pertanian, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan berbagai instansi terkait dan melakukan FGD secara rutin guna mengantisipasi hal tersebut. “Kami juga terus melakukan pembinaan yang terintegrasi melalui sistem in line inspection sehingga ekaportir dapat menghasilkan output produk yang sesuai persyaratan negara tujuan tanpa banyak reject atau ketidak sesuaian produk,” katanya.

Sedangkan Ir. Ali Jamil, MP., Ph.D, Kepala Badan Karantina Pertanian mengungkapkan, bahwa pala Indonesia memiliki kualitas terbaik dan diminati pasar dunia. Olehkarena itu ia menyarankan agar ekspor pala dan produk turunannya lebih dikembangkan lagi dan tidak dalam bentuk bahan baku. Ia mencontohkan seperti produk fully tersebut, menurutnya perlu dilakukan penelitian dan pengembangan produk. Sehingga outputnya lebih optimal. "Fully ini perlu juga kita teliti, supaya nanti ekspornya setidaknya barang setengah jadi atau lebih baik lagi adalah barang siap pakai, dengan harapan nilai tambah ke petaninya bisa lebih besar," katanya. (red)

Komentar

Loading...