Oleh: Opick Wayaua : Pegiat Independensia
“Balenggang pata-patah / Ngana pe goyang pica-pica / Ngana pe bodi poco-poco / Cuma ngana yang kita cinta / Cuma ngana yang kita sayang / Cuma ngana suka biking pusing”.Atau dalam arti bahasa Indonesia: “Jalan berlenggak lenggok / Goyanganmu badanmugemulai / Bentuk tubuhmu indah berisi / Hanya kamu yang aku cinta / Hanya kamu yang aku sayang / Hanya kamu suka buat aku pusing”.
Sepenggal lirik lagu di atas, jika dilihat dari bahasanya merupakan bahasa sehari-hari dipakai oleh orang Indonesia Timur, tepatnya logat Maluku Utara, Ternate. Ya, lirik lagu ini berjudul Poco-Poco. Apalagi, pada tahun 1995 setelah dipopulerkan oleh Yopie Latul, pria kelahiran Ambon juga baru-baru ini menyanyikan lagu Hioko Tobelo 2 (2017).
Berkat lagu poco-poco, mengantarkan Yopie memperoleh penghargaan Anugerah Musik Indonesia ke-5 di Istora Senayan Jakarta, pada 5 Oktober 2001 yang disiarkan langsung lewat stasiun televisi RCTI. Perhargaan tersebut, masuk dalam kategori Penyanyi Disco/House/Rap/Dance Musik Terbaik.
Tarian Poco-Poco
Tidak berhenti, lagu poco-poco kinikembali masuk dalam nominasiAnugerah Musik Indonesia (AMI Awards) yang acaranya ke-22 tahun digelar pada 28 November 2019 bertemakan “Musik Bahasa Dunia”, dalam kategori Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik.
Beberapa lagu terdaftar jenis kategori ini, selain Poco-Poco.Juga Hyang Girldibawakan oleh Dewa Budjana dan Soimah Pancawati. Lir IlirKrontjong Toegoe dan Waldjinah. Karna Su SayangNear dan Dian Sorowea. Terakhir, Siantar Rap Foundation Pariban. Dan terkait dengan lagu poco-pocokembali yang mempopulerkan lagu tersebutbukan lagi Yopie, melainkan Joshua Matulessy atau lebih dikenal dengan nama JFlow.
JFlow, lelaki berdarah Maluku,penulis lagu sekalligus penyanyi rapper ini, ia mengaku terinsipirasi dengan lagu poco-poco, sehingga membuatnya mendaur ulangberjudul “Poco-Poco (Best Dance of Our Lives)” perpaduan bahasa Maluku, Indonesia dan Inggris.Di mana, hanya 30 persenterdiri dari lirik lama sedangkan sisanya merupakanlirik baru, menceritakan lebih kepada ritme hidup dan budaya masyarakat Maluku sesuai kondisi sekarang.
Musik dan Goyangan Poco-Poco Menjamur
Lagu poco-poco yangdinyanyikan Yopie tempo itu,pun lengkapi dengan kaset dan CD berserta gambar video goyangantarian poco-poco. Awalnya, goyangan poco-poco dikenal khusus dalam lingkup keluarga dan kerabat sekitar. Sementara dalam lingkugan TNI maupun Polri, mereka menggunakannya dengan gerakan senam.Hingga gerakan poco-poco diterima kalangan masyarakat,disiarkan lewat stasiun televisi TVRI Jakarta dalam program Dansa Yo Dansa.
Musik dan goyangan poco-poco makin berkembang menyesuaikan perkembangan zaman. Saat tarian ini menjamur di Papua, gerakannya dikombinasikan dengan gerakan memanah. Di Jawa Barat dikombinasikan dengan tari jaipong. Poco-poco seakan dinamis, sering dipamerkan oleh sanggar seni tari modern. Tercatat berkisar lebih dari 50 variasi gerakan baru, diiringi dengan musik poco-poco versi cha-cha, dangdut hingga house music/disko.
Hingga saat ini,tarian/goyangan yang diiringi musik poco-poco terus menjamur. Terbukti, Misalnya, di Australia pada acara Festival Floriade (12 Oktober 2019) kemarin, dalam acara penutupan menampilkan salah satunya goyangan poco-poco. Sontak para penonton mengikuti langkah kaki dan bergoyang diselingi tawa. Bersamaan itu, Dubes RI Australia Kristiarto Legowo dan Wakil Dubes M.I Derry Aman beserta keluarga ikut bergoyang.
Begitu pula akhir September 2019, sekitar lima ribu pengujung“New England Indonesia Festival”. Beragam agenda ditampilkan;kuliner Nusantara, musik hingga budaya tarian, termasukpoco-poco, yang diadakan di lapangan besar, tengah kota Boston, Copley Square, negara bagian Massachusets, Amerika.New York pun demikian(31 Agustus 2019), tarian diiringi musik poco-poco hadirdalam acara Indonesia Street Festival (ISF), sekaligus merefleksikan hubungan 70 tahun Indonesia dan Amerika.
Goyangan atau gerakan poco-poco, sebenarnya terdiri atas enam gerakan utama. Kemiripannya terdapat pada langkah kaki, dimulai dengan kaki ke kanan, kembali lagi ke kiri. Kemudian langkahkan kaki ke belakang dan kembali lagi ke depan. Gerakannya dilakukan berulang ke arah mata angin, dua kali putaran berlawanan arah dengan jarum jam.Disediakan perpindahan sederhana disisipkan pada setiap dua gerakan utama.
Ditambahlagi irama lagunya yang enak, apalagi ritme gerakannya poco-poco digabung dengan tarian Yospan (Papua) dan Wayase (Ambon) yang mudah diingat, sertagampang diikuti baik anak-anak, orang dewasa sampaiorang tua. Kombinasi inilah mudah diterima oleh semua kalangan sehinggapaling asikdilakukan secara massal atau ramai-ramai.
Bahkan, di Jepang pada tahun 2010, poco-poco mampu menghipnotis perhatian masyarakat.Tahun 2013 di Gunna pada sebuah acarainternasional party.Sementara di Den Haag, Belanda, poco-poco dimainkan di Festival Tong-Tong pada 2012. Cina, dalam acara Exodia YC, Xinghai Prize CC tahun 2010. Dan di tahun 2013, lewat kegiatan diaspora Indonesia poco-poco dikenal di Bahrain, negeri kerajaan.
Luar biasanya lagi, tahun lalu Agustus 2018. Pemerintah Indonesia dalam menyambut Asian Games, menyelenggarakan senam massal poco-poco dengan menghadirkan 65.000 peserta termasuk presiden Jokowi dan semua jajaran stafnya, serta 1.500 instruktur.Upaya itu sekaligus memecahkan rekor dunia dan mengakui poco-poco sebagai budaya asli Indonesia.
Pencipta Lagu
Rasanya tak lengkap menyaksikan lagu dan tarian poco-poco begitu terkenal, tapi tidak mengetahuhi sosok penciptanya. Ia adalah Arie, lengkapnya Arie Sapulette. Saat lulus SMA, ia melanjutkan pendidikannya di bangku kuliahmemilih merantau ke ibu kota Jakara tempo itu.Setelah lulus, ia kembali. Di Ternate, ia pun bekerja sebagai tenaga honorer di kantor Departemen Tenaga Kerja lokal selama 10 tahun.
Selama menjadi mahasiswa, iasering bernyanyi di kafe-kafe. Hal ini dilakukannya ketika dalam sela-sela kesibukan kuliah demi mengisi kantongnya untuk kebutuhan.Ariesudah memiliki bakat musik sejak kecil, kerap ia menunjukan kelebihannya hampir di setiap kegiatan ibadah gereja.
Tahun 1990, ia tidak lagi berstatus sebagai pekerja honorer. Bersama keluarganya, mereka berpindah ke Jakarta. Di sana, sempat bekerja serabutan pada berbagai tempat. Hingga tahun 1993 kehidupannya berubah setelah ia menciptakan lagu poco-poco.
Bersama adik kandungnya, Ferry Sapulettedan saudara sepupu,mereka kemudianmenyanyikan lagu tersebut dalam Nanaku Group, dan meledak terutama di pasar Timur Indonesia.Bahkan, lagu poco-poco makin boomingsetelah dinyanyikan oleh Yopie dalam formathouse music pada tahun 1995. Semenjak itu, lagu ciptaannya makin populer diadopsi dengan beragam jenis atau genre musik.
Apalagi di Ternate, lagu ini begitu populer, behubung karena kata poco-pocoini merupakan bahasa Ternate artinya menggemaskan. Mengutip Kompas.com, 10 Agustus 2018 “Istilah poco-poco itu, kan, istilah untuk bayi yang lucu, montok, yang menggemaskan. Tapi Arie balikkan itu seakan-akan ke gadis cantik yang poco-poco, yang menggemaskan,” Kata Ferry.
Di samping itu, soal gerakan tari poco-poco sebenarnya terinpirasi dari gerakan senam pagi para tentara TNI Angkatan Darat (AD), lagipula Ayahnya sendiri juga termasuk seorang TNI AD yang pada masa itu melaksanakan tugas di Ternate, Maluku Utara.
Namun dibalik kesuksesan lagu poco-poco, kini kondisi Arie (59) semakin memprihatinkan, baik pada segi ekonomi dan kesehatan, kurang lebih hampir 20 tahun ia mengidap skizofrenia, ganguan mental yang ditandai delusi, halusinasi, serta pikiran kacau. Akibatnya, Nanaku Group perlahan redup dan pendapatan royalti pun hilang.
Tak hanya itu, istri dan anaknya berpaling pergi meninggalkannya dengan alasan ganguan kejiwaan. Saat ini, ia tinggal bersama Ferry adik kandungnya dan ayahnya pensiunan TNI AD Zefnath Sapulette, di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Diketahui, ia tidak mendapatkan apapun dari hak royalti lagu ciptaannya yang begitu menjamur, popuer, dan mendunia, poco-poco.[ ]
Tinggalkan Balasan